Jumat, 29 Desember 2017

PF-9/HUKUM CHARLES

LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR 1

NAMA/NIM                                       : DANDI SAPUTRA HALIDI/442417041
JURUSAN/GUGUS                            : KIMIA/B
PROGRAM STUDI                            : S1 KIMIA
KELOMPOK                                      : IX (SEMBILAN)
KODE/NAMA PERCOBAAN           : PF-9/HUKUM CHARLES
KOPENTENSI                                    : setelah melakukan eksperimen ini,               mahasiswa diharapkan mampu               menganalisis data yang didapat
INDIKATOR                                       : setelah melakukan eksperimen ini mahasiswa dapat :
1.     menghitung volume gas pada posisi-posisi piston yang berbeda-beda
2.     membuat grafik hubungan antara volume dan temperature
3.     menghitung kuantitas gas yang diperoleh lewat grafik dengan kuantitas gas yang diperoleh secara teoritis.
TANGGAL PERCOBAAN                 :
TANGGAL MASUK LAPORAN AHIR        :
KAWAN KERJA                                :
                                             
NAMA ASISTEN                               :



LABOTATORIUM FISIKA
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2017


LAPORAN PRAKTIKUM
PF-9
HUKUM CHARLES

A.      JUDUL
‘’perbandingan volume gas dalam ruang tertutup sebanding dengan suhunya’’

B.      RUMUSAN MASALAH
1.       Bagaimana perhitungan volume gas pada posisi-posisi piston yang berbeda-beda ?
2.       Bagaimana pembuatan grafik hubungan antara volume dan temperatur ?
3.       Bagaimana perhitungan kemiringan dan ketidak pastian grafik ?
4.       Bagaimana perbandingan kuantitas gas yang diperoleh lewat grafik dengan kuantitas gas yang di peroleh secara teoritis.?

C.       TUJUAN
1.       Mahasiswa dapat menghitung volume gas pada posisi-posisi piston yang berbeda-beda
2.       Mahasiswa dapat membuatan grafik hubungan antara volume dan temperatur
3.       Mahasiswa dapat membandingan kuantitas gas yang diperoleh lewat grafik dengan kuantitas gas yang di peroleh secara teoritis.
4.       Mahasiswa dapat membandingan kuantitas gas yang diperoleh lewat grafik dengan kuantitas gas yang di peroleh secara teoritis.?

D.      DASAR TEORI
charles menyatakan bahwa volume dari gas dalam ruang tertutup pada tekanan tetap adalah sebanding dengan suhunya yang dinyatakan dengan derajat Kelvin.
            Apabila energy disuplay pada gas dibawah kondisi dimana tekanan dipertahankan konstan, maka perubahan volume akan berbanding lurus dengan perubahan temperature absolute. Pernyataan ini dikenal sebagai hokum Charles (Charles law), yang secara matematis dapat dituliskan sebagai berikut :
            T1V2=T2V1
Dimana : T1   : temperature absolute gas awal
     V2 : volume gas akhir
    T: temperature absolute gas akhir
    V1 : volume gas awal
Proses perubahan yang terjadi pada tekanan tetap ini disebut isobaris. Untuk lebih mudah memahami proses yang terjadi pada tekanan tetap ini dapat diikuti ilustrasi yang ditunjukan. Anggaplah bahwa gas didalam silinder dibatasi dengan sebuah piston yang dipasang sedemikian rupa sehingga dapat bergeser sehingga tekanan yang dialami gas adalah dari massa piston dan udara yang ada diatas piston. Karena piston dapat bergerak bebas naik dan turun dalam silinder, maka gas dimungkinkan untuk memuia atau menyusut (untuk merubah volumenya) sedemikian rupa pada saat tekanan tetap konstan. Apabila gas dipanas kan maka temperaturnya akan naik sesuai dengan hokum Charles diatas maka dengan sendirinya volume gas juga naik, sehingga piston akan bergerak keatas.
Dan apabila gas didinginkan, maka temperaturnya akan turun, akibatnya volume gas juga akan turun, sehingga pistin akan bergerak kebawah, dimana dalam hal ini tekanan gas tetap konstan.
Jackues Charles (1746-1823) dan joseph gay-lussac (1778-1805) menyelidiki hubungan antara suhu dengan volume pada tekanan tetap. Hubungan ini dikenal sebagai hokum Charles dan gay lussac yang berbunyi sebagai berikut : ‘’jika tekanan gas yang berada dalam bejana tertutup (tidak bocor) dijaga konstan, maka volume gas sebanding dengan suhu mutlaknya’’. Hubungan antara suhu dan tekanan pada volume tetap juga berhasil diselidiki oleh Charles dan gay lussac yang dinyatakan dengan hukumnya sebagai berikut. ‘’jika volume gas yang ada dalam bejana tertutup (tidak bocor) dijaga konstan, maka tekanan gas sebanding dengan suhu mutlaknya’’.
Secara matematis, pernyataan diatas dapat dituliskan :
=konstan atau  
Perhubungan diatas dapat disimpulkan sebagai hokum Charles yang menyatakan, pada tekanan tetap, volume dari massa tertentu atau kuantitas gas bervariasi secara langsung dengan temperature absolute.
               V=cT
               Hubungan antar tekanan, temperature dan volume pada gas telah dibuktikan sedemikian rupa dalam beberapa hokum gas. Hokum-hukum gas ini memungkinkan kita untuk menentukan bagaimana pengaruh yang disebabkan oleh perubahan salah satu factor terhadap factor lainnya. Gas yang betul-betul memenuhi hokum-hukum gas sempurna (preface gas). Namun tidak satu gas pun yang benar-benar sempurna., tetapi dari hasil-hasil penelitian ada beberapa gas yang mendekati kondisi gas sempurna tersebut.
               Dalam sains istilah temperature dan teanan standar (standar temperature and pressure ) yang disingkat dengan STP adalah sebuah keadaan standar yang digunakan dalam pengukuran eksperimen. Standar ini digunakan agar setiap data dalam percobaan yang berbeda-beda dapat dibandingkan. Standar yang paling umum digunakan adalah standar IUPAC dan NIST. Terdapat juga variasi standar lainya yang ditetapkan oleh organisasi-organisasi lainnya. Standar IUPAC sekarang ini adalah temperature 00 C(273,1 K, 32 0F) dan tekanan absolute 100 KPA (14,50) PSI. sedangkan standar NIST adalah 200 C (293,15 K, 680F), dan tekanan absolute 101, 325 KPA (14, 696 PSI). dalam bidang industry dan komersial, kondisi standar temperature dan tekanan biasahnya perlu disebutkan untuk  merajuk pada kondisi refrensi standar untuk mengekspresikan volume gas dan cairan dan kuantitas lainnya.
               Referensi: -Douglas, Giancoli, fisika, jilid 1 edisi ke-5, hal 459-261.
                              -http://digilib-unimus.ac.idfilesdiks117jptunimus-gdl-s1-2008emawatini-817-3bab2.pdf.
                              -http://satophysics.files.wordpress.com200811materi-16.pdf.
E.       Variabel-variabel :
1.   Variabel bebas     : volume gas,temperatur,ketinggian paston
2.   Variabel terikat   : waktu,
3.   Variabel kontrol  : air panas,es
F.       Alat dan Bahan
1.   Heat Engine Gas Law Apparatus
2.   Termometer
3.   Kontainer air panas
4.   Es 
G.      Prosedur Kerja
1.   Meletakan tangki udara didalam kontainer yang telah diisi air panas, setelah tangki mencapai keadaan setimbang. Mencatat temperatur dan jangkauan piston.
2.   Menambahkan es ke alam kontainer dan mencatat temperatur pada interval waktu 30 detik dan 60 detik.
3.   Menghitung volume gas pada posisi-posisi piston yang berbeda-beda yang telah diukur(diameter piston adalah 32.5 mm)









HASIL PENGAMATAN
PF.9
HUKUM CHARLES

NST Alat Ukur :
a.      Piston = 1mm
b.     Termometer = 1°C
c.      Stopwatch = 0,01 s

a.      Temperatur pada interval waktu 30 detik
t =30 s
T0 =79 °C
h0 = 16 mm
T°C
h(mm)
74°C
67°C
62°C
560C
14 mm
13    mm
12 mm
11 mm

b.     Temperatur pada interval waktu 60 detik
t =60 s
T0 =19°C
h0 = 85 mm
T°C
h(mm)
75°C
65°C
55°C
500C
17 mm
14 mm
11 mm
8 mm

PENGOLAHAN DATA
PF-9
HUKUM CHARLES
1.          Menghitun kesalahan relative untuk interval waktu 30 detik dan 60 detik
a.     Menghitung kesalahan relatif tekanan (h)
v   Untuk interval waktu 30 detik
ü h0         =16 mm = 0,016 m
Δh0      =
            = ½ x 1 mm =0,5 mm =0,0005 m
KR       =  x 100%
            =  x 100%  = 3,12 % (3 AP)
(h0 ± Δh0) = (1,60 ± 0,05) 10-2 m.
ü h1         =14 mm = 0,014 m
Δh1      =
            = ½ x 1 mm =0,5 mm =0,0005 m
KR       =  x 100%
            =  x 100%  = 3,57 % (3 AP)
(h1 ± Δh1) = (1,40 ± 0,05) 10-2 m.
ü h2         =13 mm = 0,013 m
Δh2      =
            = ½ x 1 mm =0,5 mm =0,0005 m
KR       =  x 100%
            =  x 100%  = 3,84 % (3 AP)
(h2 ± Δh2) = (1,30 ± 0,05) 10-2 m.
ü h3         =12 mm = 0,012 m
Δh3      =
            = ½ x 1 mm =0,5 mm =0,0005 m
KR       =  x 100%
            =  x 100%  = 4,16 % (3 AP)
(h3 ± Δh3) = (1,20 ± 0,05) 10-2 m.
ü h4         =11 mm = 0,011 m
Δh4      =
            = ½ x 1 mm =0,5 mm =0,0005 m
KR       =  x 100%
            =  x 100%  = 4,54 % (3 AP)
(h4 ± Δh4) = (1,10 ± 0,05) 10-2 m.
v   Untuk interval waktu 60 detik
ü h0         =19 mm = 0,019 m
Δh0      =
            = ½ x 1 mm =0,5 mm =0,0005 m
KR       =  x 100%
            =  x 100%  = 2,63 % (3 AP)
(h0 ± Δh0) = (1,90 ± 0,05) 10-2 m.
ü h1         =17 mm = 0,017 m
Δh1      =
            = ½ x 1 mm =0,5 mm =0,0005 m
KR       =  x 100%
            =  x 100%  = 2,94 % (3 AP)
(h1 ± Δh1) = (1,70 ± 0,05) 10-2 m.
ü h2         =14 mm = 0,014 m
Δh2      =
            = ½ x 1 mm =0,5 mm =0,0005 m
KR       =  x 100%
            =  x 100%  = 3,57 % (3 AP)
(h2 ± Δh2) = (1,40 ± 0,05) 10-2 m.
ü h3         =11 mm = 0,011 m
Δh3      =
            = ½ x 1 mm =0,5 mm =0,0005 m
KR       =  x 100%
            =  x 100%  = 4,54 % (3 AP)
(h3 ± Δh3) = (1,10 ± 0,05) 10-2 m.
ü h4         =8 mm = 0,008 m
Δh4      =
            = ½ x 1 mm =0,5 mm =0,0005 m
KR       =  x 100%
            =  x 100%  = 6,25 % (2 AP)
(h4 ± Δh4) = (8,0 ± 0,5) 10-3 m.





b.     Menghitung kesalahan relatif temperature (T)
v   Untuk interval waktu 30 detik
ü T0        = 79 0C
ΔT0      =
            = ½ x 1 0C
KR       =  x 100%
            =  x 100%= 0,63 % (3 AP)
(T0 ± ΔT0) = (7,90 ± 0,05) 101 0C
ü T1        = 74 0C
ΔT1      =
            = ½ x 1 0C
KR       =  x 100%
            =  x 100%= 0,67 % (3 AP)
(T1 ± ΔT1) = (7,40 ± 0,05) 101 0C
ü T2        = 67 0C
ΔT2      =
            = ½ x 1 0C
KR       =  x 100%
            =  x 100%= 0,74 % (3 AP)
(T2 ± ΔT2) = (6,70 ± 0,05) 101 0C
ü T3        = 62 0C
ΔT3      =
            = ½ x 1 0C
KR       =  x 100%
            =  x 100%= 0,80 % (3 AP)
(T3 ± ΔT3) = (6,20 ± 0,05) 101 0C
ü T4        = 56 0C
ΔT4      =
            = ½ x 1 0C
KR       =  x 100%
            =  x 100%= 0,89 % (3 AP)
(T4 ± ΔT4) = (5,60 ± 0,05) 101 0C
v   Untuk interval waktu 60 detik
ü  T0     = 85 0C
ΔT0      =
            = ½ x 1 0C                        
KR       =  x 100%
            =  x 100%= 0,58 % (3 AP)
(T0 ± ΔT0) = (8,50 ± 0,05) 101 0C     
ü T1        = 75 0C
ΔT1      =
            = ½ x 1 0C
KR       =  x 100%
            =  x 100%= 0,66 % (3 AP)
(T1 ± ΔT1) = (7,50 ± 0,05) 101 0C
ü T2        = 65 0C
ΔT2      =
            = ½ x 1 0C
KR       =  x 100%
            =  x 100%= 0,76 % (3 AP)
(T2 ± ΔT2) = (6,50 ± 0,05) 101 0C
ü T3        = 55 0C
ΔT3      =
            = ½ x 1 0C
KR       =  x 100%
            =  x 100%= 0,90 % (3 AP)
(T3 ± ΔT3) = (5,50 ± 0,05) 101 0C
ü T4        = 50 0C
ΔT4      =
            = ½ x 1 0C
KR       =  x 100%
            =  x 100%= 1 % (3 AP)
(T4 ± ΔT4) = (5,00 ± 0,05) 101 0C
v Tabel untuk interval waktu 30 detik
                (h ) m
(T  0 C
(1,60  -2 m
(7,90  1 0 C
(1,40  -2 m
(7,40  1 0 C
(1,30  -2 m
(6,70  1 0 C
(1,20  -2 m
(6,20  1 0 C
(1,10  -2 m
(5,60  1 0 C
v Tabel untuk interval waktu 60 detik
                (h ) m
(T  0 C
(1,90  -2 m
(8,50  1 0 C
(1,70  -2 m
(7,50  1 0 C
(1,40  -2 m
(6,50  1 0 C
(1,10  -2 m
(5,50  1 0 C
(8,0  -3 m
(5,00  1 0 C
2.     Menentukan volume gas pada posisi yang berbeda-beda
v   Untuk interval waktu 30 detik
ü h0         = 50mm =0,05m
Δh0      = =
= 0,5 mm = 0,0005 m
D         = 32,5 mm = 0,0325 m
V0        = ¼ π D2 h0
            =0,0000415 L
Δ V0                =  x V0       
            = 0,0000004 L
KR       =  x 100%
        =0,96% (3AP)
(V0 ± ΔV0) = (4,15± 0,04) 10-5
ü h1         = 49mm = 0,049m
Δh1      = =
= 0,0005 m
D         = 0,0325 m
V1        = ¼ π D2 h1
            = 0,000082915625 x 0,049 =0,0000406 liter
Δ V1    =  x V1       
            = 0,0000004
KR       =  x 100%
        = 1,0% (3AP)
(V1 ± ΔV1) = (4,06 ± 0,04) 10-5 L
ü h2         = 48mm = 0,048m
Δh2      = 0,0005 m
D         = 0,0325 m
V2        = ¼ π D2 h2
            = 0,0000829 x 0,048 = 0,00000039
Δ V2                =  x V2       
            = 0,01 x 0,0000039
            = 0,000000039 L
KR       =  x 100%
        =1% (3AP)
(V2 ± ΔV2) = (3,90 ± 0,39) 10-7L
ü h3         = 47 mm = 0,047m
Δh3      = 0,0005 m
D         = 0,0325
V3        = ¼ π D2 h3
            = 0,0000829 x 0,047 =0,00000038
Δ V3                =  x V3       
            = 0,01 x 0,00000038 = 0,000000038
KR       =  x 100%
        = 1% (3AP)
(V3 ± ΔV3) = (3,80± 0,38) 10-7
v   Untuk interval waktu 60 detik
ü h0         = 0,053 m
Δh0      = 0,0005 m
D         = 0,0325 m
V0        = ¼ π D2 h0
            = 0,0000829 x 0,053 =0,00000439
Δ V0                =  x V0       
            = 0,0094 x 0,00000439 = 0,00000004
KR       =  x 100%
        = 0,9% (3AP)
 (V0 ± ΔV0) = (4,39 ± 0,04) 10-6 L
ü h1         = 51mm = 0,051m
Δh1      =0,0005 m
D         = 0,0325 m
V1        = ¼ π D2 h1
            = 0,0000829 x 0,051= 0,000004
Δ V1                =  x V1       
            = 0,0098 x 0,000004 = 0,00000004
KR       =  x 100%
            = 1% (3AP)
(V1 ± ΔV1) = (4,00± 0,04) 10-6 L
ü h2         = 49 mm = 0,049m
Δh2      =0,0005 m
D         = 0,0325
V2        = ¼ π D2 h2
            = 0,0000829 x 0,049 =0,00000406
Δ V2                =  x V2       
            = 0,01 x 0,00000406 = 0,00000004
KR       =  x 100%
        = 1% (3AP)
(V2 ± ΔV2) = (4,06± 0,04) 10-6 L
ü h3         = 47 = 0,047m
Δh3      = 0,0005 m
D         = 0,0325 m
V3        = ¼ π D2 h3
            = 0,0000829 x 0,047 =0,0000039 L
Δ V3    =  x V3       
            = 0,0106 x 0,0000039 = 0,00000004
KR       =  x 100%
            = 1,02% (3AP)
(V3 ± ΔV3) = (3,90± 0,04)10-6 L
3.       Table Hasil Pengamatan
v   Untuk interval waktu 30 detik
(h ± Δh) satuan
(T ± ΔT) satuan
(V ± ΔV) satuan
(h0 ± Δh0)=(5,00±0,05)10-2 m
(h1 ± Δh1)=(4,90±0,05)10-2 m
(h2±Δh2)=(4,80± 0,05)10-2 m
(h3±Δh3)=(4,70 ± 0,05)10-2 m
(T0 ± ΔT0)=(8,10±0,05)10°C
(T1 ± ΔT1)=(7,70±0,05)10°C
(T2 ± ΔT2)=(7,30±0,05)10°C
(T3 ± ΔT3)=(6,90±0,05)10°C
(V0±ΔV0)=(4,15±0,04)10-5
(V1±ΔV1)=(4,06±0,04)10-5
(V2±ΔV2)=(3,90±0,39)10-7
(V3±ΔV3)=(3,80±0,38)10-7
v    Untuk interval waktu 60 detik
(h ± Δh) satuan
(T ± ΔT) satuan
(V ± ΔV) satuan
(h0±Δh0)=(5,30±0,05)10-2m
(h1±Δh1)=(5,10±0,05)10-2 m
(h2±Δh2)=(4,90±0,05)10-2 m
(h3±Δh3)=(4,70±0,05)10-2 m
(T0±ΔT0)=(8,40±0,05)10°C
(T1±ΔT1)=(7,60±0,05)10°C
(T2±ΔT2)=(6,80±0,05)10°C
(T3±ΔT3)=(6,00±0,05)10°C
(V0±ΔV0)=(4,39±0,04)10-6
(V1±ΔV1)=(4,00±0,04)10-6
(V2±ΔV2)=(4,06±0,04)10-6
(V3±ΔV3)=(3,90±0,04)10-6

v   Grafik hubungan antara temperature (T) dan volume (V)
ü  Untuk interval waktu 30 detik
Interpretasi grafik :
Temperatur berjalaan searah dengan volume. Volume suatu benda dipengaruhi oleh temperatur, semakin tinggi volume maka temperatur juga semakin tinggi.

ü  Untuk interval waktu 60 detik
Interpretasi grafik :
Dengan melihat grafik ,bisa ditarik kesimpulan bahwa volume suatu benda di pengaruhi oleh temperatur. Sehingga antara volume dan temperatur berbanding lurus.
4.           Kesimpulan
Hukum Charles adalah hukum gas ideal pada tekanan tetap yang menyatakan bahwaPada tekanan tetap, volume gas ideal bermassa tertentu berbanding lurus terhadap temperaturnya (dalam Kelvin).
Pengaruh tekanan gas oleh Gaguef Charles. Beliau mendapati gas akan mengembang apabila di panaskan pada tekanan tetap. Semua gas nyata akan terkondensas ijika disejukkan pada suhu yang cukup rendah dan didapati garis anter sebut akan bertemu pada titik yang sama yaitu bersamaan dengan isi padu sifat dan suhu 273,15 °C atau 0 K. Suhu ini adalah suhu terendah yang boleh dicapai dan disebut suhu mutlak. Untuk kegunaan umum seperti dalam perkiraan, kita hanya akan menggunankan 3 angka berarti yaitu 273 K.

5.          Kemungkinan Kesalahan
1.     Kesalahan dalam pengambilan data
2.     Tidak telitinya Mahasiswa saat melakukan pengukuran
3.     Kesalahan dalam pengolahan data



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

REAKSI EKSOTERM DAN REAKSI ENDOTERM

BAB I PENDAHULUAN A.     Judul REAKSI EKSOTERM DAN REAKSI ENDOTERM B.     Rumusan Masalah 2.1 Bagaimana memahami pengert...