NAMA/NIM : DANDI
SAPUTRA HALIDI/442417041
JURUSAN/GUGUS : KIMIA/B
PROGRAM
STUDI : S1 KIMIA
KELOMPOK : IX
(SEMBILAN)
KODE/NAMA PERCOBAAN : PF-5/GESEKAN LUNCUR DAN HUKUM HOOKE
KOPENTENSI : 1. Mengetahui metode penentuan nilai koefisien
gesek kinetis
2. menentukan besar nilai konstanta pegas,
dengan cara mengukur gaya sesuai
setelah konsep hukum
INDIKATOR
:bagian 1 : gesekan luncur
1.
Membuat
kurva antara M dan Mb1 pada sumbu x
2.
Menentukan
kemiringan grafik dari kurva yang telah diperoleh
3.
Menentukan
besarnya koefisien gesek kinetis
4.
Menganalisis
hasil yang telah diperoleh
Bagian 2 : hukum hooke
1.
Membuat
grafik antara gaya berat terhdap pergeseran pegas pada sumbu x
2.
Mengukur
konstanta pegas dari grafik yang diperoleh
3.
Mengukur
gaya dengan menggunakan hukum hooke
.TANGGAL
PERCOBAAN :
TANGGAL
MASUK LAPORAN AHIR :
KAWAN
KERJA :
NAMA
ASISTEN :
LAPORAN PENDAHULUAN
PF 5
GESEKAN LUNCUR
DAN HUKUM HOOKE
A. JUDUL
‘’perbandingan penentuan koefisien gesek dan koefisien pegas’’
B. RUMUSAN
MASALAH
a. Bagian
1 : Gesekan Luncur :
1. Bagaimana
pembuatan kurva antara M dan Mb1
pada sumbu X ?
2. Bagaimana
penentuan kemiringan grafik dari kurva yang telah di peroleh?
3. Bagaimana
penentuan besarnya koefisien gesek kinetis ?
4. Bagaimana
penganalisisan hasil yang telah di peroleh ?
b. Bagian
2 : Hukum Hooke
1. Bagaimana
pembuatan grafik antara gaya berat terhadap pergeseran pegas pada sumbu X ?
2. Bagaimana
pengukuran konstanta pegas dari grafik yang di peroleh ?
3. Bagaimana
pengukuran gaya dengan menggunakan hukum hooke ?
C. TUJUAN
a. Bagian
1 : Gesekan Luncur :
1. Mahasiswa
dapat membuat kurva antara M dan Mb1 pada sumbu X.
2. Mahasiswa
dapat menentukan kemiringan grafik dari kurva yang telah di peroleh.
3. Mahasiswa
dapat menentukan besarnya koefifien gesek kinetis.
4. Mahasiswa
dapat menganalisis hasil yang telah di peroleh.
b. Bagian
2 : Hukum Hooke
1. Mahasiswa
dapat membuat grafik antara gaya berat terhadap pergeseran pegas pada sumbu X.
2. Mahasiswa
dapat mengukur konstanta pegas dari grafik yang di peroleh.
3. Mahasiswa
dapat mengukur gaya dengan menggunakan hukum hooke.
D. TEORI
DASAR
a.
Bagian
1 : gesekan luncur
Arah gaya
gesekan selalu fungensial (sejajar) terhadap permukaan sentuh. Gaya ini
merupakan pasangan dari gaya normal dan secara bersama mendeskripsikan total gaya
yang bekerja antara dua benda yang bersentuhan. Dipostulatkan bahwa gayaa gesek
ini sebanding dengan gaya normal, karena bila gaya normal tidak ada berarti
tidak terjadi persentuhan dan tidak aka nada gesekan. Koefisien
kesebandingannyadisebut sebagai koefisien gesekan. Ketika sebuah benda dalam
keadaan diam diatas suatu permukaan ternyata dibutuhkan gaya yang lebih besar
dari pada awalnya untuk memulai gerakan. Hal ini karena antara atom-atom
ataupun molekul kedua permukaan telah terbentuk ikatan-ikatan antara molekul
ataupun atom. Sehingga dibutuhkanlebih banyak gaya untuk memutus ikatan
tersebut.
Karena tidak ada
dua jenis koefisien gesekan, koefisien gesekan statis , yang terkait dengan benda yang diam dan
koefisiengesek kinetic , untuk benda yang bergerak. Gaya gesek kinetis fk
selalu berlawanan arah dengan arah gerak benda, dan besarnya dirumuskan :
fk
= . N
Dengan N adalah
besar gaya normal sedangkan gesekan static selalu berlawanan arah dengan arah
gaya yang berusaha mengerakkan benda, dan besarnya ditentukan dari rumus
kesetimbangan gaya –gaya. Khusus untuk besar gaya gesek statis maksimum (yaitu
tepat sebelum benda bergerak), dirumuskan sebagai :
fs
= . N
Dimana = koefisien
gesek statis. Tanda sama degan pada persamaan diatas berlaku jika fs mencapai
besar maksimum. Sekalian benda mulai bergerak , gaya gesek yang bekerja akan
berkurang besarnya sehingga untuk mempertahankan gerak lurus beraturan
dibutuhkan gaya yang lebih kecil. Gaya yang bekerja diantara dua permukaan yang
saling bergerak relative disebut gaya gesek kinetic (fk).
Konstanta
dan adalah besaran
tanpa satuan. Biasahnya > untuk dua
permukaan tertentu. Nilai kedua koefisien itu bergantung pada sifat kedua
permukaan gesek. Semakin kasar suatu permukaan, maka nilai koefisiennya juga
semakin besar dan nilainya akan kecil jika permukaannya licin. Biasahnya
nilainya lebih kecil daari 1. Meskipun mungkin lebih besar dari satu.
Dengan
fs=gaya gesekan statis satuan N
fk=gaya
gesekan kinetic satuan N
=koefisien gesek statis
=koefisien gesek kinetic
N=gaya normal
Referensi : -Giancoli, fisika jilid 1 edisi ke-5, 2010.
-Riani
Lubis, 2008.fisika Dasar 1.
Bagian II : Hukum hooke
Jika pada awalnya pegas
berada pada posisi normal (tidak terengang) memiliki panjang pegas x sama
dengan nol karena dianggap sebagai titik acuan. Kemudian pegas direnggangkan
oleh tangan seseorang yang memberikan gaya Fp kekanan ( arah
positif ), maka pegas akan menarik
kebelakang dengan gaya Fs tangan seseorang menekan pegas ( x<0 ), maka pegas akan mendorong kembali
dengan gaya Fs dimana Fs > 0 karena x<0. Hukum
hooki menyatakan bahwa bagi seseorang yang memegang pegas ( x<0 ) tergantung
atau tertekan sejauh x dari panjang normalnya ( tidak terenggang ),di butuhkan
gaya sebesar :
Fp=kx
Di mana konstanta
perbandingan k disebut konstanta pegas ( ukuran kekakuan pegas ) yang nilainya
pada umumnya berbeda untuk pegas yang berbeda. Pegas itu sendiri memberikan
gaya dengan arah yang berlawanan. Sebesar :
Fs= -kx
Gaya Fs di sebut
dengan gaya pemulihan karena pegas memberikan gayanya pada arah yang berlawanan
dengan perpindahan ( sehingga pertanda minus ) dan bekerja untuk mengembalikan
dirinya kepanjang normalnya.
Jika sebuah gaya diberikan
pada benda, seperti batang logam yang digantungkan vertical, panjang benda
berubah. Jika besar panjangnya lebih kecil
dibandingkan dengan panjang benda, eksperimen menunjukan bahwa sebanding
dengan berat atau gaya yang diberikan pada benda perbandingan ini dapat
dituliskan dalam persamaan :
F=k
Dengan F menyatakan gaya ( atau berat )
yang numeric benda, adalah perubahan panjang benda dan k adalah konstanta
perbandingan. Persamaan ini sering dinamakan dengan hukum hooke. Jika gaya
terlalu besar, bemda merenggang sangat besar dan arahnya patah atau putus.
Batas proposional adalah batas dimana pertambahan panjang terhadap gaya yang
diberikan sampai satu titik. Daerah elastic adalah daerah dari titik awal
sampai kebatas elastic sedangkan daerah jika benda di renggangkan melewati
batas elastic disebut daerah plastic.
Referensi : -riani lubis, 2012, fisika dasar 1.
-tim
penyusun, 2014, penuntun praktikum fisika dasar 1.
-Giancoli
2001, Fisika jilid 1, edisi kelima.
E. VARIABEL
a. Bagian
1 : Gesekan luncur
1. Variabel
bebas : Massa gantung
2. Variabel
terikat : gaya gesek
3. Variabel
kontrol : Massa Balok gesekan
b. Bagian
2 : hukum hooke
1. Variabel
bebas : Massa
2. Variabel
terikat : Berat,pergeseran pegas
3. Variabel
kontrol : Gravitasi
F. ALAT
DAN BAHAN
a. Bagian
1 : gesekan luncur
1. Papan
eksperimen
2. Bidang
miring
3. Balok
gesekan
4. Timbangan
5. Katrol
6. Penggantung
massa
7. Massa
(klip) dan tali (benang)
b. Bagian
2 : hukum hooke
1. Eksperimen
board (papan eksperimen)
2. Timbangan
pegas
3. Massa
hanger (gantungan massa)
4. Massa
G. PROSEDUR
KERJA
a. Bagian
1 : gesekan luncur
1. Menimbang
massa dari balok gesekan, mencatat sebagai Mb.
2. Menyusun
peralatan seperti pada gambar 5.1. menggunakan built in plumbob untuk
memastikan bahwa bidang miring benar-benar datar. Mengatur posisi katrol supaya
tali menjadi sejajar dengan bidang miring.
3. Menambahkan
massa (klip penggantung massa) sampai jika kamu berikan dorongan kecil pada
balok gesekan untuk memulai gesekannya, balok tersebut akan terus bergerak pada
bidang miring dengan kecepatan tetap dan sangat lambat. (jika balok akan berhenti maka massa yang kamu gantungkan
terlalu besar)
4. Menimbang
hanger beserta massa yang di gantungkan tersebut dan mencatat sebagai M kedalam
tabel 5.1.
5. Menambahkan
massa-massa sebesar 50, 100, 150, 200, 250 gram di atas balok geskan dan
mengulangi lankah 1-4.
b. Bagian
2 : hukum hooke
1. Menempelkan
timbangan pegas pada papan eksperimen. Mengusahakan pegas tergantung vertikal
di dalam pipa plastik. Pada posisi tanpa pemberat, memutar zeroing serew yang
trletak pada bagian atas timbangan pada gambar 5.2.
2. Menempelkan
penggantung massa dan massa 20 gram pada timbangan pegas. Mengukur pergeseran
skala mm seperti pada gambar 5.2, mencatat nilainya kedalam tabel 5.2.
mengusahakan massa dari penggantung ( 5 gram) termasuk kedalam massa total,
sehingga massa totalnya menjadi 20 gram + 5 gram = 25 gram.
3. Menggantung
massa-massa yang lain kedalam penggantung massa, membuat variasi massa
total seperti yang telah di tulis pada
tabel 5.2.
mencatat pergeseran yang timbul
dari setiap variasi massa.
4. Menggunakan
rumus F = mg untuk menentukan berat total dalam newton dari setiap variasi
massa yang ada kemudian mencatat hasilnya kedalam tabel 5.2 (untuk memperoleh
gaya yang tepat dalam newton, harus mengubah massa ke Kilogram sebelum
mengembelikannya dengan g).
Tabel 5.2
Data-Data Pengukuran Pegas
Massa
(gram)
|
Berat
(Newton)
|
Pergeseran
pegas (mm)
|
25
50
75
100
|
|
|
DATA
HASIL PENGAMATAN
PF-5
GESEKAN
LUNCUR DAN HUKUM HOOKE
Table 5.1
data-data pengukuran koefisien gesek kinetis
Massa balok (Mb)
|
Massa yang tergantung (M) untuk permukaan
|
||
Semi (A)
|
Licin (B)
|
Kasar (C)
|
|
56
66
|
25 gr
35 gr
|
20 gr
30 gr
|
30 gr
40 gr
|
Tabel 5.2 Data-Data Pengukuran Pegas
Massa
(gram)
|
Berat
(Newton)
|
Pergeseran
pegas (mm)
|
25
50
75
100
125
|
0,2
0,5
0,7
1
1,3
|
5
12
19
25
33
|
NST berat :
1 N
NST
pergeseran : 1 mm
PENGOLAHAN
DATA
PF-5
GESEKAN
LUNCUR DAN HUKUM HOOKE
Bagian I
: Gesekan Luncur
a. Tabel
data pengukuran koefisien gesekan kinetis
Massa
balok (Mb) kg
|
Massa
yang tergantung (M) untuk permukaan
|
||
Semi (A)
|
Licin (B)
|
Kasar (C )
|
|
0,056 kg
0,066 kg
|
0,025 kg
0,035 kg
|
0,02 kg
0,03 kg
|
0,03 kg
0,04 kg
|
b.
Menghitung kesalahan relative Massa balok (Mb)
Ø Untuk
Mb1
Mb1 = 56 gr
= 0,056 kg
∆Mb1 =½ x nst alat ukur
= ½
x 0.1 gr
= 0.00005 kg
KR = x 100%
= x 100%
= 0.089% ( 4 AP )
(Mb1 ± ∆Mb1 ) = ( 5,600 ± 0.005
) 10-2 kg
Ø Untuk
Mb2
Mb2 = 66 gr
=
0,066 kg
∆Mb2 = ½ x nst alat
ukur
= ½
x 0.1gr
= 0.00005 kg
KR = x 100%
= 0.075 % ( 4 AP )
(Mb2 ± ∆Mb2 ) = ( 6,600 ±
0.005 ) 10-2 kg
c.
Menghitung kesalahan relarive untuk setiap permukaan
1. Untuk
massa gesekan pada permukaan A (MFa)
Ø Untuk
MFa1
MFa1 = 25 gr
= 0.025 kg
∆MFa1 = ½
x nst alat ukur
= ½
x 0.1
= 0.05 gr
= 0.00005 kg
KR = x 100%
= x 100%
= 0.2 % ( 4 AP )
(MFa1 ± ∆MFa1 ) = (2.500 ± 0.005) 10-2 kg
Ø Untuk
MFa2
MFa2 = 35 gr
= 0.035 kg
∆MFa2 = ½
x nst alat ukur
= ½
x 0.1 gr
= 0.05 gr
= 0.00005 kg
KR = x 100%
= x 100%
= 0.142 (
4 AP )
(MFa2 ± ∆MFa2 ) = ( 3.500 ± 0.005
) 10-2 kg
2. Untuk
massa gesekan pada permukaan B (MFb)
Ø Untuk
MFb1
MFb1 = 20 gr
= 0.02 kg
∆MFb1 = ½
x nst alat ukur
= ½
x 0.1gr
= 0.05 gr
= 0.00005 kg
KR = x 100%
= x 100%
= 0.25 % ( 4 AP )
(MFb1 ± ∆MFb1 ) = ( 2.000 ±
0.005 ) 10-2 kg
Ø Untuk
MFb2
MFb2 = 30 gr
= 0.03 kg
∆MFb2 = ½
x nst alat ukur
= ½
x 0.1 gr
= 0.05 gr
= 0.00005 kg
KR = x 100%
= x 100%
= 0.16 % ( 4 AP )
(MFb2 ± ∆MFb2 ) = ( 3.000 ±
0.005 ) 10-2 kg
3. Untuk massa gesekan pada permukaan C (MFC)
Ø Untuk MFc1
MFc1 = 30 gr
= 0.03 kg
∆MFc1 = ½ x nst alat ukur
= ½
x 0.1gr
= 0.05 gr
= 0.00005 kg
KR = x 100%
= x 100%
= 0.16% ( 4 AP )
(MFc1 ± ∆MFc1 ) = ( 3.000 ±
0.005 ) 10-2 kg
Ø Untuk MFc2
MFc2 = 40 gr
= 0.04 kg
∆MFc2 = ½ x nst alat ukur
= ½
x 0.1 gr
= 0.05 gr
= 0.00005 kg
KR = x 100%
= x 100%
= 0.125 % ( 4 AP )
(MFc2 ± ∆MFc2 ) = ( 4.000 ±
0.005 ) 10-2 kg
d. Tabel
Hasil Pengolahan Data
Massa balok (Mb±∆Mb) (kg)
|
Massa yang tergantung (M) untuk setiap
permukaan
|
||
(MFa±∆MFa) (kg)
|
(MFb±∆MFb) (kg)
|
(MFc±∆MFc) (kg)
|
|
(5,600 ± 0,005) 10-2 kg
(6,600 ± 0,005) 10-2 kg
|
(2,500 ±
0,005) 10-2 kg
(3,500 ±
0,005) 10-2 kg
|
(2,000 ± 0,005) 10-2 kg
(3,000 ± 0,005) 10-2 kg
|
(3,000 ±
0,005) 10-2 kg
(4,000 ±
0,005) 10-2 kg
|
e. Grafik
Hubungan antara Mb dan Mf
1. Untuk
permukaan A
Ø Interpretasi
grafik
Semakin
besar gaya yang diberikan maka gaya yang timbul akan semakin besar, dan
sebaliknya. Sehingga menghasilkan grafik yang berbanding lurus antara Mb dengan
MFa.
Ø Menghitung kemiringan grafik
= ½ x 1 mm = 0,5 mm
= ½ x 1 mm = 0,5 mm
= = = = 1
kg
∆M=
x M = x 1
kg
=
kg = 20.000
kg
KR = = = 0,005% (6 Ap)
(M±∆M)
= (0,10000 ± 0,20000).10-1 kg
2. untuk
permukaan B
Ø Interpretasi
Grafik
Semakin besar massa benda yang diberikan maka gaya yang
timbul akan semakin kecil bila dibandingkan dengan MFa dan MFc. Sehingga grafik menunjukkan berbanding lurus antara
MFb dengan Mb.
Ø Menghitung kemiringan grafik
= ½ x 1 mm = 0,5 mm
= ½ x 1 mm = 0,5 mm
= = = = 1
kg
∆M=
x M = x 1
kg
=
kg = 20.000
kg
KR = = = 0,005% (6 Ap)
(M±∆M)
= (0,10000 ± 0,20000).10-1 kg
3.untuk permukaan C
Ø Interpretasi
Grafik
Semakin besar massa benda yang diberikan maka gaya yang
timbul akan semakin besar pula, dan sebaliknya. Sehingga mengakibatkan grafik
diatas berbanding lurus antara MFb dengan Mb.
Ø Menghitung kemiringan grafik
= ½ x 1 mm = 0,5 mm
= ½ x 1 mm = 0,5 mm
= = = = 1
kg
∆M=
x M = x 1
kg
=
kg = 20.000
kg
KR=
= = 0,005% (6 Ap)
(M±∆M)
= (0,10000 ± 0,20000).10-1 kg
Bagian
II : Hukum Hooke
a. Tabel
Data Pergeseran Pegas
Massa (kg)
|
Berat (N)
|
Pergeseran pegas (m)
|
0,025 kg
0,050 kg
0.075 kg
0,1 kg
0,125 kg
|
0,2 N
0,5 N
0,7 N
1 N
1,3 N
|
0,005 m
0,012 m
0,019 m
0,025 m
0,033 m
|
b.
Menghitumg kesalahan relatif Massa beban
Ø Untuk M1
M1 = 25 gr
= 0.025kg
∆M1 = ½ x 0,1 gr
= 0.05 gr
= 0.00005 kg
KR = x 100%
= x 100%
= 0,2 % ( 4 AP )
(M1 ± ∆M1 ) = ( 2.500 ± 0.005 ) 10-2 kg
Ø Untuk M2
M2 = 50 gr
= 0.05kg
∆M2 = ½ x 0,1 gr
= 0.05 gr
= 0.00005 kg
KR = x 100%
= x 100%
= 0,1% ( 4 AP )
(M2 ± ∆M2 ) = ( 5.000 ± 0.005 ) 10-2 kg
Ø Untuk M3
M3 = 75 gr
= 0.075 kg
∆M3 = ½
x 0,1 gr
= 0.05 gr
= 0.00005 kg
KR = x 100%
= x 100%
= 0,06 % ( 4 AP )
(M3 ± ∆M3 ) = ( 7.500 ± 0.005 ) 10-2 kg
Ø Untuk M4
M4 = 100 gr
= 0.1 kg
∆M4 = ½
x 0,1 gr
= 0.05 gr
= 0.00005 kg
KR = x 100%
= x 100%
= 0.05 % (5 AP )
(M4 ± ∆M4 ) = ( 10,000 ± 0,0005 ) 10-2 kg
Ø
Untuk
M5
M5 = 125 gr
= 0.251 kg
∆M5 = ½ x 0,1 gr
= 0.05 gr
= 0.00005 kg
KR = x 100%
= x 100%
= 0.04 % (5 AP )
(M4 ± ∆M4 ) = ( 12,000 ± 0,0005 ) 10-2 kg
c.
Menghitung kesalahan relative Pergeseran pegas
Ø Untuk X1
x1 = 5 mm
= 0.005 m
∆x1 = ½
x nst neraca pegas
= ½
x 1 mm
= 0.5
mm
= 0.0005 m
KR = x 100%
= x 100%
= 10 % ( 2 AP )
(x1 ± ∆x1 ) = ( 5.0 ± 0.5
) 10-3 m
Ø Untuk X2
x2 = 12 mm
= 0.012 m
∆x2 = ½
x nst neraca pegas
= ½
x 1 mm
= 0.5
mm
= 0.0005 m
KR = x 100%
= x 100%
= 4.16 % ( 3 AP )
(x2 ± ∆x2 ) = ( 1.20
± 0.05 ) 10-2 m
Ø Untuk X3
x3 = 19 mm
= 0.019 m
∆x3 = ½
x nst neraca pegas
= ½
x 1 mm
= 0.5
mm
= 0.0005 m
KR = x 100%
= x 100%
= 2.63 % ( 3 AP )
(x3 ± ∆x3 ) = ( 1.90 ± 0.05 ) 10-2 m
Ø Untuk X4
x4 = 25 mm
= 0.025 m
∆x4 = ½
x nst neraca pegas
= ½
x 1 mm
= 0.5
mm
= 0.0005 m
KR = x 100%
= x 100%
= 2 % ( 3 AP )
(x3 ± ∆x3 ) = ( 2.50 ± 0.05
) 10-2 m
Ø Untuk X5
X5 = 33 mm
= 0.033 m
∆x5 = ½ x nst
neraca pegas
= ½
x 1 mm
= 0.5
mm
= 0.0005 m
KR = x 100%
= x 100%
= 1,5 % ( 3
AP )
(x3 ± ∆x3 ) = ( 3.30 ± 0.05 ) 10-2 m
d. Menghitng
kesalahan relative Gaya pegas
Ø Untuk W1
g = 9.8 m/s2
m1 = 25
gr
= 0.025 kg
∆m1 = ½
x nst neraca pegas
= ½
x 0,1 gr
= 0.05 gr
= 0.00005 kg
W1 = m1
x g
= 0.025
x 9.8
= 0.245 N
∆W1 = x W1
= x 0.245
= 0.00049 N
KR = x 100%
= x 100%
= 0,2 % (4 AP)
(W1 ± ∆W1 ) = ( 2.450 ± 0.049 ) 10-2 N
Ø Untuk W2
g = 9.8 m/s2
m2 = 50 gr
= 0.05 kg
∆m2 = ½ x nst
neraca pegas
= ½
x 0,1 gr
= 0.05 gr
= 0.00005 kg
W2 = m2 x g
= 0.05
x 9.8
= 0.49 N
∆W2 = x W2
= x 0.49
= 0.00049 N
KR = x 100%
= x 100%
= 0,1 % (4 AP)
(W2 ± ∆W2 ) = ( 49.00 ± 0.049 ) 10-2 N
Ø Untuk W3
g = 9.8 m/s2
m3 = 75
gr
= 0.075 kg
∆m3 = ½
x nst neraca pegas
= ½
x 0.1 gr
= 0.05 gr
= 0.00005 kg
W3 = m3
x g
= 0.075
x 9.8
= 0.735 N
∆W3 = x W3
= x 0.735
= 0.00049 N
KR = x 100%
= x 100%
= 0.06 % (4 AP)
(W3 ± ∆W3 ) = ( 73.50 ± 0.005 ) 10-2 N
Ø Untuk W4
g = 9.8 m/s2
m4 = 100
gr
= 0.1 kg
∆m4 = ½
x nst neraca pegas
= ½
x 0,1 gr
= 0.05 gr
= 0.00005 kg
W4 = m4
x g
= 0.1
x 9.8
= 0.98 N
∆W4 = x W4
= x 0.98
= 0.00049 N
KR = x 100%
= x 100%
= 0.05 % (5 AP)
(W4 ± ∆W4 ) = ( 9.8000 ± 0.0049 ) 10-1 N
Ø Untuk W5
g = 9.8 m/s2
m5 = 125 gr
= 0.125 kg
∆m5 = ½ x nst
neraca pegas
= ½
x 0,1 gr
= 0.05 gr
= 0.00005 kg
W5 = m5 x g
= 0.125 x 9.8
= 1.2 N
∆W4 = x W5
= x 1,2
= 0.00048 N
KR = x 100%
= x 100%
= 0.04 % (5 AP)
(W4 ± ∆W4 ) = ( 12,000 ± 0.0048 ) 10-1 N
e.
Menghitung Konstanta Pegas
Ø Untuk k1
F1 = W1
= 0.245 N
k1 =
=
= 49 Nm-1
∆k1 = k1
= 49
= 49
= 0.102 x 49
= 4,998 Nm-1
KR = x 100%
= x 100%
= 10.2
% (2 AP)
(k1 ± ∆k1 ) = ( 4.9 ± 0.4 )
101 Nm-1
Ø Untuk k2
F2 = W2
= 0.49 N
k2 =
=
= 40.8
Nm-1
∆k2 = k2
= 40.8
= 40.8
= 1,73 Nm-1
KR = x 100%
= x 100%
= 4,24 % (3 AP)
(k2 ± ∆k2 ) = ( 4.08 ± 0.17) 101 Nm-1
Ø Untuk k3
F3 = W3
= 0.735 N
k3 =
=
= 38.68
Nm-1
∆k3 = k3
= 38.68
= 38.68
= 1,040 Nm-1
KR = x 100%
= x 100%
= 2,68 % (3 AP)
(k3 ± ∆k3 ) = ( 3.80 ± 0.10 ) 101 Nm-1
Ø Untuk k4
F4 = W4
= 0.98 N
k4 =
=
= 39,2 Nm-1
∆k4 = k4
= 39,2
= 39,2
= 0.80 Nm-1
KR = x 100%
= x 100%
= 2.04 % (3
AP)
(k4 ± ∆k4 ) = ( 3.92 ± 0.08 ) 101 Nm-1
Ø
Untuk
k5
F5 = W5
= 1,2 N
K5 =
=
= 36,36 Nm-1
∆k5 = k5
= 36,36
= 36,36
= 0.559 Nm-1
KR = x 100%
= x 100%
= 1,53 % (3
AP)
(k5 ± ∆k5 ) = ( 3.63 ± 0.55 ) 101 Nm-1
f. Tabel
Hasil Pengolahan Data
(m ± ∆m) kg
|
(x ± ∆x) m
|
(W ± ∆W) N
|
(k ± ∆k) Nm-1
|
(2,500±0,005)10-2 (5,000±0,005)10-2
(7,500±0,005)10-2
(10,00±0,005)10-2
(12,50±0,005)10-2
|
(5,0±0,5)10-3
(1,20±0,05)10-2
(1,90±0,05)10-2
(2,50±0,05)10-2
(3,30±0,05)10-2
|
(24,50±0,049)10-2
(49,00±0,049)10-1
(73,50±0,049)10-1
(9,800±0,0049)10-1
(12,000±0,0048)10-1
|
(4,9±0,4)10-1
(4,08±0,17) 10-1 (3,86±0,10) 10-1
(3,92±0,08) 10-1
(3,63±0,55)10-1
|
G.
Grafik Hubungan F dan x
Ø Interpertasi
grafik
Semakin besar pergeseran maka semakin besar pula gaya
berat yang dihasilkan. Sehingga menimbulkan perbandingan lurus antara hubungan
gaya berat dan pergeseran (f dan x).
Ø Menghitung kemiringan grafik
= ½ x 1 mm = 0,5 mm
= ½ x 1 mm = 0,5 mm
== = = 35
∆M=
x M = x 35
kg
=
2571,5
KR=
= = 1,36% (3 Ap)
(M±∆M)
= (35,0 ± 25,7).102 kg
H.
Kesimpulan
1.
Semakin
besar massa benda yang diberikan, maka gaya yang ditimbulkan semakin besar dan
sebaliknya.
2.
Semakin
besr nilai , maka nilai energy potensial yang didapat semakin
besar, sebaliknya semakin kecil konstanta, maka semakin besar nilai energy
potensial.
3.
Makin
besar nilai f dan, maka konstantanya semakin kecil.
4.
Pertambahan
panjang sebanding dengan gaya berat.
I.
Kemungkinan
kesalahan
1.
Penentuan
permukaan balok.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar