Jumat, 29 Desember 2017

PF-5/GESEKAN LUNCUR DAN HUKUM HOOKE

LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR 1
NAMA/NIM                                       : DANDI SAPUTRA HALIDI/442417041
JURUSAN/GUGUS                            : KIMIA/B
PROGRAM STUDI                            : S1 KIMIA
KELOMPOK                                      : IX (SEMBILAN)
KODE/NAMA PERCOBAAN           : PF-5/GESEKAN LUNCUR DAN HUKUM HOOKE
KOPENTENSI                                    : 1. Mengetahui metode penentuan nilai                                 koefisien gesek kinetis
2.    menentukan besar nilai konstanta pegas,        dengan cara mengukur gaya sesuai        setelah konsep hukum
INDIKATOR                                       :bagian 1 : gesekan luncur
1.     Membuat kurva antara M dan Mb1 pada sumbu x
2.     Menentukan kemiringan grafik dari kurva yang telah diperoleh
3.     Menentukan besarnya koefisien gesek kinetis
4.     Menganalisis hasil yang telah diperoleh
Bagian 2 : hukum hooke
1.     Membuat grafik antara gaya berat terhdap pergeseran pegas pada sumbu x
2.     Mengukur konstanta pegas dari grafik yang diperoleh
3.     Mengukur gaya dengan menggunakan hukum hooke
.TANGGAL PERCOBAAN                :
TANGGAL MASUK LAPORAN AHIR        :
KAWAN KERJA                                :
NAMA ASISTEN                               :

LABOTATORIUM FISIKA
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2017
LAPORAN PENDAHULUAN
PF 5
GESEKAN LUNCUR DAN HUKUM HOOKE
A.    JUDUL
‘’perbandingan penentuan koefisien gesek dan koefisien pegas’’
B.    RUMUSAN MASALAH
a.   Bagian 1 : Gesekan Luncur :
1.     Bagaimana pembuatan  kurva antara M dan Mb1 pada sumbu X ?
2.     Bagaimana penentuan kemiringan grafik dari kurva yang telah di peroleh?
3.     Bagaimana penentuan besarnya koefisien gesek kinetis ?
4.     Bagaimana penganalisisan hasil yang telah di peroleh ?
b.   Bagian 2 : Hukum Hooke
1.     Bagaimana pembuatan grafik antara gaya berat terhadap pergeseran pegas pada sumbu X ?
2.     Bagaimana pengukuran konstanta pegas dari grafik yang di peroleh ?
3.     Bagaimana pengukuran gaya dengan menggunakan hukum hooke ?
C.    TUJUAN
a.  Bagian 1 : Gesekan Luncur :
1.     Mahasiswa dapat membuat kurva antara M dan Mb1 pada sumbu X.
2.     Mahasiswa dapat menentukan kemiringan grafik dari kurva yang telah di peroleh.
3.     Mahasiswa dapat menentukan besarnya koefifien gesek kinetis.
4.     Mahasiswa dapat menganalisis hasil yang telah di peroleh.
b.   Bagian 2 : Hukum Hooke
1.     Mahasiswa dapat membuat grafik antara gaya berat terhadap pergeseran pegas pada sumbu X.
2.     Mahasiswa dapat mengukur konstanta pegas dari grafik yang di peroleh.
3.     Mahasiswa dapat mengukur gaya dengan menggunakan hukum hooke.
D.    TEORI DASAR
a.      Bagian 1 : gesekan luncur
Arah gaya gesekan selalu fungensial (sejajar) terhadap permukaan sentuh. Gaya ini merupakan pasangan dari gaya normal dan secara bersama mendeskripsikan total gaya yang bekerja antara dua benda yang bersentuhan. Dipostulatkan bahwa gayaa gesek ini sebanding dengan gaya normal, karena bila gaya normal tidak ada berarti tidak terjadi persentuhan dan tidak aka nada gesekan. Koefisien kesebandingannyadisebut sebagai koefisien gesekan. Ketika sebuah benda dalam keadaan diam diatas suatu permukaan ternyata dibutuhkan gaya yang lebih besar dari pada awalnya untuk memulai gerakan. Hal ini karena antara atom-atom ataupun molekul kedua permukaan telah terbentuk ikatan-ikatan antara molekul ataupun atom. Sehingga dibutuhkanlebih banyak gaya untuk memutus ikatan tersebut.
Karena tidak ada dua jenis koefisien gesekan, koefisien gesekan statis , yang terkait dengan benda yang diam dan koefisiengesek kinetic , untuk benda yang bergerak. Gaya gesek kinetis fk selalu berlawanan arah dengan arah gerak benda, dan besarnya dirumuskan :
fk = . N
Dengan N adalah besar gaya normal sedangkan gesekan static selalu berlawanan arah dengan arah gaya yang berusaha mengerakkan benda, dan besarnya ditentukan dari rumus kesetimbangan gaya –gaya. Khusus untuk besar gaya gesek statis maksimum (yaitu tepat sebelum benda bergerak), dirumuskan sebagai :
fs = . N
Dimana  = koefisien gesek statis. Tanda sama degan pada persamaan diatas berlaku jika fs mencapai besar maksimum. Sekalian benda mulai bergerak , gaya gesek yang bekerja akan berkurang besarnya sehingga untuk mempertahankan gerak lurus beraturan dibutuhkan gaya yang lebih kecil. Gaya yang bekerja diantara dua permukaan yang saling bergerak relative disebut gaya gesek kinetic (fk).
Konstanta  dan  adalah besaran tanpa satuan. Biasahnya  >  untuk dua permukaan tertentu. Nilai kedua koefisien itu bergantung pada sifat kedua permukaan gesek. Semakin kasar suatu permukaan, maka nilai koefisiennya juga semakin besar dan nilainya akan kecil jika permukaannya licin. Biasahnya nilainya lebih kecil daari 1. Meskipun mungkin lebih besar dari satu.
Dengan fs=gaya gesekan statis satuan N
              fk=gaya gesekan kinetic satuan N
              =koefisien gesek statis
              =koefisien gesek kinetic
                                       N=gaya normal

            Referensi : -Giancoli, fisika jilid 1 edisi ke-5, 2010.
                               -satriawan, mirza,2012                                 (http://mirza.staff.umg.ac.id/fisdas/fisdasbook/.pdf)
                               -Riani Lubis, 2008.fisika Dasar 1.
            Bagian II : Hukum hooke
Jika pada awalnya pegas berada pada posisi normal (tidak terengang) memiliki panjang pegas x sama dengan nol karena dianggap sebagai titik acuan. Kemudian pegas direnggangkan oleh tangan seseorang yang memberikan gaya Fp kekanan ( arah positif  ), maka pegas akan menarik kebelakang dengan gaya Fs tangan seseorang menekan pegas  ( x<0 ), maka pegas akan mendorong kembali dengan gaya Fs dimana Fs > 0 karena x<0. Hukum hooki menyatakan bahwa bagi seseorang yang memegang pegas ( x<0 ) tergantung atau tertekan sejauh x dari panjang normalnya ( tidak terenggang ),di butuhkan gaya sebesar :
Fp=kx
Di mana konstanta perbandingan k disebut konstanta pegas ( ukuran kekakuan pegas ) yang nilainya pada umumnya berbeda untuk pegas yang berbeda. Pegas itu sendiri memberikan gaya dengan arah yang berlawanan. Sebesar :
Fs= -kx
Gaya Fs di sebut dengan gaya pemulihan karena pegas memberikan gayanya pada arah yang berlawanan dengan perpindahan ( sehingga pertanda minus ) dan bekerja untuk mengembalikan dirinya kepanjang normalnya.
Jika sebuah gaya diberikan pada benda, seperti batang logam yang digantungkan vertical, panjang benda berubah. Jika besar panjangnya  lebih kecil dibandingkan dengan panjang benda, eksperimen menunjukan bahwa  sebanding dengan berat atau gaya yang diberikan pada benda perbandingan ini dapat dituliskan dalam persamaan :
F=k
Dengan F menyatakan gaya ( atau berat ) yang numeric benda, adalah perubahan panjang benda dan k adalah konstanta perbandingan. Persamaan ini sering dinamakan dengan hukum hooke. Jika gaya terlalu besar, bemda merenggang sangat besar dan arahnya patah atau putus. Batas proposional adalah batas dimana pertambahan panjang terhadap gaya yang diberikan sampai satu titik. Daerah elastic adalah daerah dari titik awal sampai kebatas elastic sedangkan daerah jika benda di renggangkan melewati batas elastic disebut daerah plastic.

Referensi : -riani lubis, 2012, fisika dasar 1.
       -tim penyusun, 2014, penuntun praktikum fisika dasar 1.
       -Giancoli 2001, Fisika jilid 1, edisi kelima.








E.     VARIABEL
a.      Bagian 1 : Gesekan luncur
1.       Variabel bebas       : Massa gantung
2.       Variabel terikat      : gaya gesek
3.       Variabel kontrol     :  Massa Balok gesekan
b.     Bagian 2 : hukum hooke
1.       Variabel bebas       : Massa
2.       Variabel terikat      : Berat,pergeseran pegas
3.       Variabel kontrol     : Gravitasi
F.     ALAT DAN BAHAN
a.      Bagian 1 : gesekan luncur
1.     Papan eksperimen
2.     Bidang miring
3.     Balok gesekan
4.     Timbangan
5.     Katrol
6.     Penggantung massa
7.     Massa (klip) dan tali (benang)
b.     Bagian 2 : hukum hooke
1.     Eksperimen board (papan eksperimen)
2.     Timbangan pegas
3.     Massa hanger (gantungan massa)
4.     Massa
G.    PROSEDUR KERJA
a.      Bagian 1 : gesekan luncur
1.       Menimbang massa dari balok gesekan, mencatat sebagai Mb.
2.       Menyusun peralatan seperti pada gambar 5.1. menggunakan built in plumbob untuk memastikan bahwa bidang miring benar-benar datar. Mengatur posisi katrol supaya tali menjadi sejajar dengan bidang miring.
3.       Menambahkan massa (klip penggantung massa) sampai jika kamu berikan dorongan kecil pada balok gesekan untuk memulai gesekannya, balok tersebut akan terus bergerak pada bidang miring dengan kecepatan tetap dan sangat lambat. (jika balok akan  berhenti maka massa yang kamu gantungkan terlalu besar)
4.       Menimbang hanger beserta massa yang di gantungkan tersebut dan mencatat sebagai M kedalam tabel 5.1.
5.       Menambahkan massa-massa sebesar 50, 100, 150, 200, 250 gram di atas balok geskan dan mengulangi lankah 1-4.
b.     Bagian 2 : hukum hooke
1.       Menempelkan timbangan pegas pada papan eksperimen. Mengusahakan pegas tergantung vertikal di dalam pipa plastik. Pada posisi tanpa pemberat, memutar zeroing serew yang trletak pada bagian atas timbangan pada gambar 5.2.
2.       Menempelkan penggantung massa dan massa 20 gram pada timbangan pegas. Mengukur pergeseran skala mm seperti pada gambar 5.2, mencatat nilainya kedalam tabel 5.2. mengusahakan massa dari penggantung ( 5 gram) termasuk kedalam massa total, sehingga massa totalnya menjadi 20 gram + 5 gram = 25 gram.
3.       Menggantung massa-massa yang lain kedalam penggantung massa, membuat variasi massa total  seperti yang telah di tulis pada tabel 5.2.
mencatat pergeseran yang timbul dari setiap variasi massa.
4.       Menggunakan rumus F = mg untuk menentukan berat total dalam newton dari setiap variasi massa yang ada kemudian mencatat hasilnya kedalam tabel 5.2 (untuk memperoleh gaya yang tepat dalam newton, harus mengubah massa ke Kilogram sebelum mengembelikannya dengan g).







Tabel 5.2 Data-Data Pengukuran Pegas
Massa (gram)
Berat (Newton)
Pergeseran pegas (mm)
25
50
75
100


























DATA HASIL PENGAMATAN
PF-5
GESEKAN LUNCUR DAN HUKUM HOOKE
Table 5.1 data-data pengukuran koefisien gesek kinetis

Massa balok (Mb)
Massa yang tergantung (M) untuk permukaan
Semi (A)
Licin (B)
Kasar (C)

56

66

25 gr

35 gr

20 gr

30 gr

30 gr

40 gr

Tabel 5.2 Data-Data Pengukuran Pegas
Massa (gram)
Berat (Newton)
Pergeseran pegas (mm)
25
50
75
100
125
0,2
0,5
0,7
1
1,3
5
12
19
25
33
NST berat : 1 N
NST pergeseran : 1 mm









PENGOLAHAN DATA
PF-5
GESEKAN LUNCUR DAN HUKUM HOOKE
Bagian I : Gesekan Luncur
a. Tabel data pengukuran koefisien gesekan kinetis
Massa balok (Mb) kg
Massa yang tergantung (M) untuk permukaan
Semi (A)
Licin (B)
  Kasar (C )
0,056 kg
0,066 kg
0,025 kg
0,035 kg
0,02 kg
0,03 kg
0,03 kg
0,04 kg
                                                                                          
b. Menghitung kesalahan relative Massa balok (Mb)
Ø  Untuk Mb1
Mb1    =   56 gr
            =   0,056 kg
∆Mb1  =½  x  nst alat ukur
            =   ½  x  0.1 gr
            =   0.00005 kg
KR      =            x 100%
            =            x  100%
            =          0.089% ( 4 AP )
(Mb1 ± ∆Mb1 ) = ( 5,600 ± 0.005  ) 10-2 kg
Ø  Untuk Mb2
Mb2    = 66 gr
            = 0,066 kg
∆Mb2  =          ½  x  nst alat ukur
            =          ½  x  0.1gr
            =          0.00005 kg
KR      =            x 100%
            =          0.075 % ( 4 AP )

(Mb2 ± ∆Mb2 ) = (  6,600  ±  0.005  ) 10-2 kg
c. Menghitung kesalahan relarive untuk setiap permukaan
1. Untuk massa gesekan pada permukaan A (MFa)
Ø  Untuk MFa1
MFa1    =     25 gr
              =     0.025 kg
∆MFa1  =     ½  x  nst alat ukur
              =     ½  x  0.1
              =     0.05 gr
              =     0.00005 kg
KR      =            x 100%
            =            x 100%
            =          0.2  %   ( 4 AP )
(MFa1 ± ∆MFa1 ) = (2.500 ± 0.005) 10-2  kg
Ø  Untuk MFa2
MFa2    =     35 gr
              =     0.035 kg
∆MFa2  =     ½  x  nst alat ukur
              =     ½  x  0.1 gr
              =     0.05 gr
              =     0.00005 kg
KR       =            x 100%
            =            x 100%
            =          0.142  ( 4  AP )
(MFa2 ± ∆MFa2 ) = ( 3.500 ± 0.005  ) 10-2 kg
2. Untuk massa gesekan pada permukaan B (MFb)
Ø  Untuk MFb1
MFb1    =     20 gr
              =     0.02 kg
∆MFb1  =     ½  x  nst alat ukur
              =     ½  x  0.1gr
              =     0.05 gr
              =     0.00005 kg
KR      =            x 100%
            =            x 100%
            =          0.25 % ( 4 AP )
(MFb1 ± ∆MFb1 ) = ( 2.000 ± 0.005 ) 10-2 kg
Ø  Untuk MFb2
MFb2    =     30 gr
              =     0.03 kg
∆MFb2  =     ½  x  nst alat ukur
              =     ½  x  0.1 gr
              =     0.05 gr
              =     0.00005 kg
KR         =          x 100%
              =          x 100%
              =        0.16 % ( 4 AP )
(MFb2 ± ∆MFb2 ) = ( 3.000 ± 0.005 ) 10-2 kg
3. Untuk massa gesekan pada permukaan C (MFC)
Ø  Untuk MFc1
MFc1    =     30 gr
              =     0.03 kg
∆MFc1  =     ½  x  nst alat ukur
              =     ½  x  0.1gr
              =     0.05 gr
              =     0.00005 kg
KR      =            x 100%
            =            x 100%
            =          0.16% ( 4 AP )
(MFc1 ± ∆MFc1 ) = ( 3.000 ± 0.005 ) 10-2 kg
Ø  Untuk MFc2
MFc2    =     40 gr
              =     0.04 kg
∆MFc2  =     ½  x  nst alat ukur
              =     ½  x  0.1 gr
              =     0.05 gr
              =     0.00005 kg
KR         =          x 100%
              =          x 100%
              =        0.125 % ( 4 AP )
(MFc2 ± ∆MFc2 ) = ( 4.000 ± 0.005 ) 10-2 kg
d. Tabel Hasil Pengolahan Data
Massa balok (Mb±∆Mb) (kg)
Massa yang tergantung (M) untuk setiap permukaan
(MFa±∆MFa) (kg)
(MFb±∆MFb) (kg)
(MFc±∆MFc) (kg)
(5,600 ± 0,005) 10-2 kg
(6,600 ± 0,005) 10-2 kg

(2,500 ± 0,005) 10-2 kg
(3,500 ± 0,005) 10-2 kg

(2,000 ± 0,005) 10-2 kg
(3,000 ± 0,005) 10-2 kg

(3,000 ± 0,005) 10-2 kg
(4,000 ± 0,005) 10-2 kg


e. Grafik Hubungan antara Mb dan Mf
1. Untuk permukaan A
Ø  Interpretasi grafik
            Semakin besar gaya yang diberikan maka gaya yang timbul akan semakin besar, dan sebaliknya. Sehingga menghasilkan grafik yang berbanding lurus antara Mb dengan MFa.
Ø  Menghitung kemiringan grafik
= ½ x 1 mm = 0,5 mm
  ½ x 1 mm = 0,5 mm
        = =  =  = 1 kg
∆M=  x M =  x 1 kg
=  kg = 20.000 kg
KR                   =  =  = 0,005% (6 Ap)
(M±∆M) = (0,10000 ± 0,20000).10-1 kg






2. untuk permukaan B
Ø  Interpretasi Grafik
            Semakin besar massa benda yang diberikan maka gaya yang timbul akan semakin kecil bila dibandingkan dengan MFa dan MFc. Sehingga grafik menunjukkan berbanding lurus antara MFb dengan Mb.
Ø  Menghitung kemiringan grafik
= ½ x 1 mm = 0,5 mm
  ½ x 1 mm = 0,5 mm
        = =  =  = 1 kg
∆M=  x M =  x 1 kg
=  kg = 20.000 kg
KR                   =  =  = 0,005% (6 Ap)
(M±∆M) = (0,10000 ± 0,20000).10-1 kg





3.untuk permukaan C
Ø  Interpretasi Grafik
            Semakin besar massa benda yang diberikan maka gaya yang timbul akan semakin besar pula, dan sebaliknya. Sehingga mengakibatkan grafik diatas berbanding lurus antara MFb dengan Mb.
Ø  Menghitung kemiringan grafik
= ½ x 1 mm = 0,5 mm
  ½ x 1 mm = 0,5 mm
        = =  =  = 1 kg
∆M=  x M =  x 1 kg
=  kg = 20.000 kg
KR=  =  = 0,005% (6 Ap)
(M±∆M) = (0,10000 ± 0,20000).10-1 kg





Bagian II : Hukum Hooke
a. Tabel Data Pergeseran Pegas
Massa (kg)
Berat (N)
Pergeseran pegas (m)
0,025 kg
0,050 kg
0.075 kg
0,1 kg
0,125 kg
0,2 N
0,5 N
0,7 N
1 N
1,3 N
 0,005 m
0,012 m
0,019 m
0,025 m
0,033 m

b. Menghitumg kesalahan relatif Massa beban
Ø  Untuk M1
M1        =     25 gr
              =     0.025kg
∆M1      =     ½  x  0,1 gr
              =     0.0gr
              =     0.00005 kg
KR         =       x 100%
              =       x 100%
            =          0,2 % ( 4 AP )
(M1 ± ∆M1 ) = ( 2.500  ± 0.005 ) 10-2 kg
Ø  Untuk M2
M2        =     50 gr
              =     0.05kg
∆M2      =     ½  x  0,1 gr
              =     0.0gr
              =     0.00005 kg
KR         =       x 100%
              =       x 100%
              =     0,1% ( 4 AP )
(M2 ± ∆M2 ) = ( 5.000  ± 0.005 ) 10-2 kg
Ø  Untuk M3
M3        =     75 gr
              =     0.075 kg
∆M3      =     ½  x  0,1 gr
              =     0.0gr
              =     0.00005 kg
KR         =       x 100%
              =       x 100%
            =          0,06 % ( 4  AP )
(M3 ± ∆M3 ) = ( 7.500  ± 0.005 ) 10-2 kg
Ø  Untuk M4
M4        =     100 gr
              =     0.1 kg
∆M4      =     ½  x  0,1 gr
              =     0.05  gr
              =     0.00005 kg
KR         =       x 100%
              =       x 100%
            =          0.05 % (5 AP )
(M4 ± ∆M4 ) = ( 10,000  ± 0,0005 ) 10-2 kg
Ø  Untuk M5
M5        =     125 gr
              =     0.251 kg
∆M5      =     ½  x  0,1 gr
                    =     0.05  gr
                    =     0.00005 kg
KR         =       x 100%
                    =       x 100%
                  =          0.04 % (5 AP )
(M4 ± ∆M4 ) = ( 12,000  ± 0,0005 ) 10-2 kg
c. Menghitung kesalahan relative Pergeseran pegas
Ø  Untuk X1
x1          =     5 mm
              =     0.005 m
∆x1        =     ½  x  nst neraca pegas
              =     ½  x  1 mm
              =     0.5  mm
              =     0.0005 m
KR         =       x 100%
              =       x 100%
            =          10 % ( 2 AP )
(x1 ± ∆x1 ) = ( 5.0  ± 0.5 ) 10-3  m
Ø  Untuk X2
x2          =     12 mm
              =     0.012 m
∆x2        =     ½  x  nst neraca pegas
              =     ½  x  1 mm
              =     0.5  mm
              =     0.0005 m
KR         =       x 100%
              =       x 100%
            =       4.16 % ( 3 AP )
(x2 ± ∆x2 ) = ( 1.20  ± 0.05 ) 10-2  m
Ø  Untuk X3
x3          =     19 mm
              =     0.019 m
∆x3        =     ½  x  nst neraca pegas
              =     ½  x  1 mm
              =     0.5  mm
              =     0.0005 m
KR         =       x 100%
              =       x 100%
            =          2.63 % ( 3 AP )
(x3 ± ∆x3 ) = ( 1.90  ± 0.05 ) 10-2  m
Ø  Untuk X4
x4          =     25 mm
              =     0.025 m
∆x4        =     ½  x  nst neraca pegas
              =     ½  x  1 mm
              =     0.5  mm
              =     0.0005 m
KR         =       x 100%
              =       x 100%
              =     2 % ( 3 AP )
(x3 ± ∆x3 ) = ( 2.50  ± 0.05 ) 10-2  m
Ø  Untuk X5
X5         =     33 mm
              =     0.033 m
∆x5        =     ½  x  nst neraca pegas
              =     ½  x  1 mm
              =     0.5  mm
              =     0.0005 m
KR         =       x 100%
              =       x 100%
              =     1,5 % ( 3 AP )
(x3 ± ∆x3 ) = ( 3.30  ± 0.05 ) 10-2  m
d. Menghitng kesalahan relative Gaya pegas

Ø  Untuk W1
g            =     9.8 m/s2         
m1         =     25 gr
              =     0.025 kg
∆m1       =     ½  x  nst neraca pegas
              =     ½  x  0,1 gr
              =     0.0gr
              =     0.00005 kg
W1         =     m1  x  g
              =     0.025  x  9.8
              =     0.245 N
∆W1      =       x W1
              =       x  0.245
              =     0.00049 N
KR         =       x 100%
              =       x 100%
              =     0,2 % (4 AP)
(W1 ±  ∆W1 ) = ( 2.450  ± 0.049 ) 10-2  N
Ø  Untuk W2
g            =     9.8 m/s2         
m2         =     50 gr
                    =     0.05 kg
    ∆m2         =     ½  x  nst neraca pegas
              =     ½  x  0,1 gr
              =     0.0gr
              =     0.00005 kg
W2         =     m2  x  g
              =     0.05  x  9.8
              =     0.49 N
∆W2      =       x W2
              =       x  0.49
              =     0.00049 N
KR         =       x 100%
              =       x 100%
              =     0,1 % (4 AP)
(W2 ±  ∆W2 ) = ( 49.00  ± 0.049 ) 10-2  N
Ø  Untuk W3
g            =     9.8 m/s2         
m3         =     75 gr
              =     0.075 kg
∆m3       =     ½  x  nst neraca pegas
              =     ½  x  0.1 gr
              =     0.0gr
              =     0.00005 kg
W3         =     m3  x  g
              =     0.075  x  9.8
              =     0.735 N
∆W3      =       x W3
              =       x  0.735
              =     0.00049 N
KR         =       x 100%
              =       x 100%
              =     0.06 % (4 AP)
(W3 ±  ∆W3 ) = ( 73.50  ± 0.005 ) 10-2  N
Ø  Untuk W4
g            =     9.8 m/s2         
m4         =     100 gr
              =     0.1 kg
∆m4       =     ½  x  nst neraca pegas
              =     ½  x  0,1 gr
              =     0.0gr
              =     0.00005 kg
W4         =     m4  x  g
              =     0.1  x  9.8
              =     0.98 N
∆W4      =       x W4
              =       x  0.98
              =     0.00049 N
KR         =       x 100%
              =       x 100%
              =     0.05 % (5 AP)
(W4 ±  ∆W4 ) = ( 9.8000  ± 0.0049 ) 10-1  N
Ø  Untuk W5
g            =     9.8 m/s2         
m5         =     125 gr
              =     0.125 kg
∆m5       =     ½  x  nst neraca pegas
              =     ½  x  0,1 gr
              =     0.0gr
              =     0.00005 kg
W5         =     m5  x  g
                          =     0.125  x  9.8
              =     1.2 N
∆W4      =       x W5
              =       x  1,2
              =     0.00048 N
KR         =       x 100%
              =       x 100%
              =     0.04 % (5 AP)
(W4 ±  ∆W4 ) = ( 12,000  ± 0.0048 ) 10-1  N
e. Menghitung Konstanta Pegas
Ø  Untuk k1
F1          =     W1
              =     0.245 N
k1                  =       
                       =       
                       =        49 Nm-1
∆k1        =      k1
              =      49
              =      49
              =     0.102  x  49
              =     4,998 Nm-1
KR         =       x 100%
              =       x 100%
              =     10.2 % (2 AP)
(k1 ±  ∆k1 ) = ( 4.9  ± 0.4 ) 101  Nm-1
Ø  Untuk k2
F2          =     W2
              =     0.49 N
k2                  =       
                       =       
                       =        40.8 Nm-1
∆k2        =      k2
              =      40.8
              =      40.8
              =     1,73 Nm-1
KR         =       x 100%
              =       x 100%
              =     4,24 % (3 AP)
(k2 ±  ∆k2 ) = ( 4.08  ± 0.17) 101  Nm-1
Ø  Untuk k3
F3          =     W3
              =     0.735 N
k3                  =       
                       =       
                       =        38.68 Nm-1
∆k3        =      k3
              =      38.68
              =      38.68
              =     1,040 Nm-1
KR         =       x 100%
              =       x 100%
              =     2,68 % (3 AP)
(k3 ±  ∆k3 ) = ( 3.80  ± 0.10 ) 101  Nm-1
Ø  Untuk k4
F4          =     W4
              =     0.98 N
k4                  =       
                       =       
                       =        39,2 Nm-1
∆k4        =      k4
              =      39,2
              =      39,2
              =     0.80  Nm-1
KR         =       x 100%
              =       x 100%
              =     2.04   % (3 AP)
(k4 ±  ∆k4 ) = ( 3.92  ± 0.08 ) 101  Nm-1
Ø  Untuk k5
F5          =     W5
              =     1,2 N
K5                =       
                       =       
                       =        36,36 Nm-1
∆k5        =      k5
              =      36,36
              =      36,36
              =     0.559  Nm-1
KR         =       x 100%
              =       x 100%
              =     1,53   % (3 AP)
(k5 ±  ∆k5 ) = ( 3.63  ± 0.55 ) 101  Nm-1





f. Tabel Hasil Pengolahan Data     
(m ± ∆m) kg
(x ± ∆x)   m
(W ± ∆W) N
(k ± ∆k) Nm-1
(2,500±0,005)10-2  (5,000±0,005)10-2
(7,500±0,005)10-2
(10,00±0,005)10-2
(12,50±0,005)10-2
(5,0±0,5)10-3   
(1,20±0,05)10-2
(1,90±0,05)10-2
(2,50±0,05)10-2
(3,30±0,05)10-2
(24,50±0,049)10-2
(49,00±0,049)10-1  
(73,50±0,049)10-1
(9,800±0,0049)10-1
(12,000±0,0048)10-1

(4,9±0,4)10-1
(4,08±0,17) 10-1 (3,86±0,10) 10-1 
(3,92±0,08) 10-1
(3,63±0,55)10-1 

G. Grafik Hubungan F dan x
Ø  Interpertasi grafik
            Semakin besar pergeseran maka semakin besar pula gaya berat yang dihasilkan. Sehingga menimbulkan perbandingan lurus antara hubungan gaya berat dan pergeseran (f dan x).
Ø  Menghitung kemiringan grafik
= ½ x 1 mm = 0,5 mm
  ½ x 1 mm = 0,5 mm
            ==  =  = 35
∆M=  x M =  x 35 kg
= 2571,5
KR=  =  = 1,36% (3 Ap)
(M±∆M) = (35,0 ± 25,7).102 kg
H.    Kesimpulan
1.     Semakin besar massa benda yang diberikan, maka gaya yang ditimbulkan semakin besar dan sebaliknya.
2.     Semakin besr nilai , maka nilai energy potensial yang didapat semakin besar, sebaliknya semakin kecil konstanta, maka semakin besar nilai energy potensial.
3.     Makin besar nilai f dan, maka konstantanya semakin kecil.
4.     Pertambahan panjang sebanding dengan gaya berat.
I.       Kemungkinan kesalahan
1.     Penentuan permukaan balok.




           


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

REAKSI EKSOTERM DAN REAKSI ENDOTERM

BAB I PENDAHULUAN A.     Judul REAKSI EKSOTERM DAN REAKSI ENDOTERM B.     Rumusan Masalah 2.1 Bagaimana memahami pengert...