A. JUDUL
Oksidimetri/Permanganometri
B. TUJUAN
Menentukan
kadar Fe2+ dalam gram Fero Sulfat dengan menggunakan larutan
pengoksidasi
C. DASAR TEORI
Kalsium
memiliki peranan yang sangat penting dalam tubuh. Untuk memenuhi kebutuhan
kalsium pada tubuh setiap hari, maka harus mengkonsumsi bahan makanan yang
mengandung kalsium seperti tempe. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan
kadar kalsium pada tempe yang dibungkus plastik dan daun dengan metode
Permanganometri, serta mengetahui ada atau tidak pengaruh bungkus plastik dan
daun terhadap kadar kalsium pada tempe di Pasar Arengka Pekanbaru. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa kadar kalsium pada 6 sampel tempe yaitu pada tempe
1p= 0,569 %, tempe 2p= 0,651 %, tempe 3p=0,489 %, tempe 1d= 0,931 %, tempe 2d=
0,773% dan 3d = 0,816 %. Dari analisis Tes “t” menunjukkan bahwa tidak ada
perbedaan yang signifikan, berarti tidak ada pengaruh bungkus plastik dan daun
terhadap kadar kalsium pada tempe di pasar Arengka Pekanbaru[1].
Untuk
menentukan jumlah kadar suatu senyawa seringkali dapat dilakukan dengan
berbagai macam metode. Dalam hal demikian, tugas kimia analisis kuantitatif
bukan sekedar melakukan penetapan kadar sesuai dengan prosedur yang ada, tetapi
lebih jauh harus dapat menentukan pilihan metode mana yang paling baik dan
sesuai. Metode yang baik harus memenuhi beberapa kriteria, yaitu: peka (sensitif), teliti (precise), tepat (accurate), selektif, dan praktis Dalam penelitian ini ingin ditelaah kembali
kemungkinan penggunaan metode permanganometri klasik untuk menetapkan kadar
besi (II) sulfat. Permanganometri merupakan oksidator kuat, tidak memerlukan
indikator, mudah diperoleh dan terjangkau, karena kerap digunakan sebagai
senyawa utama dalam kalibrasi beberapa instrumental tertentu Meski demikian permanganometri
juga mempunyai kekurangan, larutan ini tidak stabil dalam penyimpanan, jadi
harus sering dilakukan[2].
Dalam
permanganometri, titran yang digunakan adalah kalium permanganat. Kalium
permanganat telah digunakan sebagai zat pengoksid secara meluas lebih dari
seratus tahun. Pereaksi ini mudah diperoleh, murah, dan tidak memerlukan
indikator kecuali bila digunakan larutan yang sangat encer. Setetes permanganat
0,1 N memberikan warna merah muda yang jelas kepada volume larutan dalam suatu
titrasi. Warna ini digunakan untuk menyatakan berlebihnya pereaksi yang
digunakan Reaksi yang terjadi antara permanganat dengan besi (II) pada proses
titrasi permanganometri adalah:
MnO4- + 8H+ + 5Fe2+
Mn2+
+ 4H2O + 5Fe3+
Kalium permanganat dibakukan dengan
menggunakan natrium oksalat atau arsen (III) oksida sebagai standar
primernya[3].
Kalium
permanganat merupakan oksidator kuat dalam larutan yang bersifat asam lemah,
netral atau basa lemah. Dalam larutan yang bersifat basa kuat, ion permanganat
dapat tereduksi menjadi ion manganat (Mn2+) yang berwarna hijau (Titrasi
permanganometri harus dilakukan dalam larutan yang bersifat asam kuat karena
reaksi tersebut tidak terjadi bolak balik, sedangkan potensial elektroda sangat
tergantung pada Ph Titrasi permanganometri harus dilakukan dalam larutan yang
bersifat asam kuat karena reaksi tersebut tidak terjadi bolak balik, sedangkan potensial
elektroda sangat tergantung pada pH Akhir titrasi ditandai dengan timbulnya
warna merah muda yang disebabkan kelebihan permanganate[4].
Permanganometri
merupakan titrasi yang dilakukan berdasarkan reaksi oleh kalium permanganat
(KMnO4). Reaksi ini difokuskan pada reaksi oksidasi dan reduksi yang terjadi
antara KMnO4 dengan bahan baku tertentu. Titrasi dengan KMnO4 sudah dikenal
lebih dari seratus tahun. Kebanyakan titrasi dilakukan dengan cara langsung
dengan alat yang dapat dioksidasi seperti Fe+, asam atau garam oksalat yang
dapat larut dan sebagainya. Beberapa ion logam yang tidak dioksidasi dapat
dititrasi secara tidak langsung dengan permanganometri seperti: ion-ion Ca, Ba,
Sr, Pb, Zn, dan Hg yang dapat diendapkan sebagai oksalat[5].
DAFTAR PUSTAKA
1. Djanis, L Ratnawati dan Hanafi. “Analisis Mutu Gizi Tempe Selama
Penyimpanan Dingin “. Warta Akab, No 19, Juli 2008.
2. Sukron dkk, penentuan besi (II) sulfat dengan metode permanganometri, Surakarta, No
5, Januari 2009.
3.
Day, RA dan Underwood, AL. Analisis Kimia Kuantitatif Edisi ke 6. Jakarta, Erlangga,1998.
4.
Khopkar, SM. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta, UI Pres, 2008.
Di
akses pada tanggal 29 September pukul 21.15.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar