Sabtu, 23 November 2019

Oksidimetri/Permanganometri


A.     JUDUL
Oksidimetri/Permanganometri
B.     TUJUAN
Menentukan kadar Fe2+ dalam gram Fero Sulfat dengan menggunakan larutan pengoksidasi
C.     DASAR TEORI
Kalsium memiliki peranan yang sangat penting dalam tubuh. Untuk memenuhi kebutuhan kalsium pada tubuh setiap hari, maka harus mengkonsumsi bahan makanan yang mengandung kalsium seperti tempe. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan kadar kalsium pada tempe yang dibungkus plastik dan daun dengan metode Permanganometri, serta mengetahui ada atau tidak pengaruh bungkus plastik dan daun terhadap kadar kalsium pada tempe di Pasar Arengka Pekanbaru. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar kalsium pada 6 sampel tempe yaitu pada tempe 1p= 0,569 %, tempe 2p= 0,651 %, tempe 3p=0,489 %, tempe 1d= 0,931 %, tempe 2d= 0,773% dan 3d = 0,816 %. Dari analisis Tes “t” menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan, berarti tidak ada pengaruh bungkus plastik dan daun terhadap kadar kalsium pada tempe di pasar Arengka Pekanbaru[1].
Untuk menentukan jumlah kadar suatu senyawa seringkali dapat dilakukan dengan berbagai macam metode. Dalam hal demikian, tugas kimia analisis kuantitatif bukan sekedar melakukan penetapan kadar sesuai dengan prosedur yang ada, tetapi lebih jauh harus dapat menentukan pilihan metode mana yang paling baik dan sesuai. Metode yang baik harus memenuhi beberapa kriteria, yaitu: peka (sensitif), teliti (precise), tepat (accurate), selektif, dan praktis  Dalam penelitian ini ingin ditelaah kembali kemungkinan penggunaan metode permanganometri klasik untuk menetapkan kadar besi (II) sulfat. Permanganometri merupakan oksidator kuat, tidak memerlukan indikator, mudah diperoleh dan terjangkau, karena kerap digunakan sebagai senyawa utama dalam kalibrasi beberapa instrumental tertentu Meski demikian permanganometri juga mempunyai kekurangan, larutan ini tidak stabil dalam penyimpanan, jadi harus sering dilakukan[2].
Dalam permanganometri, titran yang digunakan adalah kalium permanganat. Kalium permanganat telah digunakan sebagai zat pengoksid secara meluas lebih dari seratus tahun. Pereaksi ini mudah diperoleh, murah, dan tidak memerlukan indikator kecuali bila digunakan larutan yang sangat encer. Setetes permanganat 0,1 N memberikan warna merah muda yang jelas kepada volume larutan dalam suatu titrasi. Warna ini digunakan untuk menyatakan berlebihnya pereaksi yang digunakan Reaksi yang terjadi antara permanganat dengan besi (II) pada proses titrasi permanganometri adalah:
MnO4- + 8H+ + 5Fe2+                  Mn2+ + 4H2O + 5Fe3+
Kalium permanganat dibakukan dengan menggunakan natrium oksalat atau arsen (III) oksida sebagai standar primernya[3].
Kalium permanganat merupakan oksidator kuat dalam larutan yang bersifat asam lemah, netral atau basa lemah. Dalam larutan yang bersifat basa kuat, ion permanganat dapat tereduksi menjadi ion manganat (Mn2+) yang berwarna hijau (Titrasi permanganometri harus dilakukan dalam larutan yang bersifat asam kuat karena reaksi tersebut tidak terjadi bolak balik, sedangkan potensial elektroda sangat tergantung pada Ph Titrasi permanganometri harus dilakukan dalam larutan yang bersifat asam kuat karena reaksi tersebut tidak terjadi bolak balik, sedangkan potensial elektroda sangat tergantung pada pH Akhir titrasi ditandai dengan timbulnya warna merah muda yang disebabkan kelebihan permanganate[4].
Permanganometri merupakan titrasi yang dilakukan berdasarkan reaksi oleh kalium permanganat (KMnO4). Reaksi ini difokuskan pada reaksi oksidasi dan reduksi yang terjadi antara KMnO4 dengan bahan baku tertentu. Titrasi dengan KMnO4 sudah dikenal lebih dari seratus tahun. Kebanyakan titrasi dilakukan dengan cara langsung dengan alat yang dapat dioksidasi seperti Fe+, asam atau garam oksalat yang dapat larut dan sebagainya. Beberapa ion logam yang tidak dioksidasi dapat dititrasi secara tidak langsung dengan permanganometri seperti: ion-ion Ca, Ba, Sr, Pb, Zn, dan Hg yang dapat diendapkan sebagai oksalat[5].







DAFTAR PUSTAKA
1.    Djanis, L Ratnawati dan Hanafi. “Analisis Mutu Gizi Tempe Selama Penyimpanan       Dingin “. Warta Akab, No 19, Juli 2008.
2.    Sukron dkk, penentuan besi (II) sulfat dengan metode permanganometri, Surakarta,     No 5,  Januari 2009.
3.    Day, RA dan Underwood, AL. Analisis Kimia Kuantitatif  Edisi ke 6. Jakarta,   Erlangga,1998.
4.    Khopkar, SM. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta, UI Pres, 2008.
5.    Nurhidayat. Permanometry dan oksidasi. 2009.: http://nurhidayat.lecture.ub.ac.id
      Di akses pada tanggal 29 September pukul 21.15.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

REAKSI EKSOTERM DAN REAKSI ENDOTERM

BAB I PENDAHULUAN A.     Judul REAKSI EKSOTERM DAN REAKSI ENDOTERM B.     Rumusan Masalah 2.1 Bagaimana memahami pengert...