BAB
I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
1.
Judul
VARIASI
KONTINYU dan STOIKIOMETRI
2.
Rumusan masalah
a. Bagaimana
pengamatan saalah satu cara termudah untuk mempelajari stoikiometri beberapa
reaksi?
b. Bagaimana
penentuan temperatur optimum beberapa reaksi stoikiometri system?
3. Tujuan
a. Mahasiswa
dapat mengamati salah satu cara untuk mempelajari stoikimetri beberapa reaksi
b. Mahasiswa
dapat dapat menentukan temperatur optimum beberapa reaksi stoikiometri system
4. Manfaat
a. Agar
mahasiswa memahami pengamatan salah satu cara untuk mempelajari stoikiometri
beberapa reaksi.
b. Agar
mahasiswa memahami penentuan tempeatur optimum beberapa reaksi stoikiometri
system.
BAB II
PENDAHULUAN
a. Variasi
Kontinyu
Variasi kontinyu adalah
cabang ilmu kimia yang mempelajari kuantitatif dari komposisi zat-zat kimia dan
reaksi-reaksi kimia. Variasi kontinyu merupakan metode untuk mempermudah kita
mempelajari stoikiometri sistem (chang, 2004)
b. Stoikiometri
Stoikiomerti berasal
dari bahasa yunani, terdiri dari dua kata. Stoikheion yang artinya elemen dan
metria yang artinya ukuran. Stoikiometri adalah ilmu yang mempelajari dan
menghitung hubungan kuantitatif dari rektan dan produk dalam suatu reaksi kimia
(persamaan kimia). Stoikiometri secara umum berkaitan dengan hubungan
uantitatif unsur dalam suatu senyawa dan antar zat dalam suatu reaksi.
Stoikiometri juga dapat diartikan sebagai segala bentuk pengkuran
partikel-partikel, yaitu meliputi atom, molekul, ion, elektron, serta partikel
ionik lainnya. Sedangkan pengukuran yaitu mencari massa, volume, jumlah
partikel, serta besar kuantitatif lainnya (brady, 1994 : 67)
1. Standar
satuan massa atom
Massa atom suatu unsur
ditentukan dengan cara mengukur masaa salah satu unsur yang bersenyawa denagan
unsur lain. Misalnya dari hasil analisis terhadap komposisi air diperoleh data
massa unsur hidrogen 11,17% dan massa unsur oksigen 88,33%. Berdasarkan data
persen komposisi air, massa atom oksigen yang bersenyawa dengan hidrogen
adalah:
88,33 ÷ 11,17 × massa
atom hidrogen = 7,953 massa atom hidrogen (sunarya, 2010 : 68)
2. Rumus
dan proses komposisi
Respati (1981 : 44-45)
menyatakan bahwa semua senyawa dapat dinyatakan dengan rumus. Senyawa yang
berbentu molekul mempunyai rumus yang menyatakan jumlah dari tiap-tiap macam
atom yang berbentuk molekul tersebut. Misalnya molekul glukosa disusun oleh 6
atom C, 12 atom H, dan 6 atom O, maka rumus glukosa : C6H12O6. Senyawa ion misalnya NaCl tidak
berbentuk molekul, sehingga rumusnya menunjukkan perbandingan dari tiap-tiap
macam tom yang ada kumpulan atom yang ditujukkan oleh rumus disebur satuan
rumus (formula unit). Berat dari molekul atau berat rumus selatif terhadap 12C
dinyatakan pleh berat molekul atau berat rumus dan ini merupakan jumlah dari
berat atom unsur-unsur penyusunnya.
3.
Persamaan Reaksi Setara
Persamaan reaksi
setara adalah persamaan yang menunjukkan jumlah atom yang sama antara reaktan
maupun produk. Contohnya :
H2 +
1/2O2 H2O
Jumlah atom hydrogen
dan oksigen dalam reaktan maupun produk adalah sama.
Ø Hukum boyle
Hukum boyle berbunyi
“pada suhu dan jumlah mol yang sama, maka hasil kali tekanan dan volume selalu
sama”.
Keterangan : P =
tekanan zat
V = volume zat
Ø Hukum Boyle – Gay Lussac
Hukum Boyle – Gay
Lussac berbunyi : “ untuk gas dengan massa tertentu, massa hasil kali volume
dengan tekanan dibagi oleh suhu yang diukur dalam Kelvin adalah tetap”. Untuk
gas-gas yang jumlahnya sama, maka berlaku :
Ø Hukum Dalton
Hukum Dalton berbunyi
: “tekanan total dari campuran berbagai macam gas sama dengan jumlah tekanan
parsial dan gas-gas yang saling bercampur tersebut”.
Ptotal =
P1 + P2 + P3
(Respati, 1981 : 42-43)
Pada tahun(1807) john Dalton
merumuskan pernyataan yang disebut teori atom dalton.
1)
Materi terdiri atas partikel terkecil
disebut atom.atom tidak dapat dibagi dan tidak dapat dicipta atau dimusnahkan.
2)
Atom suatu unsur mempunyai sifat yang
sama dalam segala hal( ukuran,bentuk,dan massa.)tetapi berbeda sifat-sifatnya
dari atom unsur lain.
3)
Reaksi kimia adalah
penggabungan,pemisahan,atau penyusunan kembali atom-atom
4)
Atom suatu unsur dapat bergantung dengan
atom unsur lain membentuk senyawa dengan perbandingan bilangan bulat dan sederhana.
Ø Hukum perbandingan volume
Hubungan
antara volume dari gas-gas dalam reaksi kimia telah diselidiki oleh Joseph
Louis Gay-Lussac dalam tahun 1905. Hasil penelitian ini lahir hukum
perbandingan tetap yang berbunyi: volume gas-gas yang bereaksi, volume gas-gas
hasil reaksi , bila diukur pada suhu dan tekanan yang tetap akan berbanding
sebagai bilangan bilangan bulat dan sederhana.
Ø Hukum Avogadro
Avogadro sangat tertarik mempelajari sifat gas dan pada tahun 1911 avogadro
membuat hipotesis Avogadro yang berbunyi: pada suhu dan tekanan yang tetap,
“semua gas yang volumenya sama akan mengandung mokelul yang sama cacahnya”
(Syukri S 1999).
Molaritas(m)adalah jumlah mol zat
terlarut dalam satu liter larutan,sedangkan normalitas(N)adalah jumlah
mol-ekivalen zat terlarut per liter larutan.larutan dalam percobaan ini terbagi
menjadi dua larutan yaitu;
· Larutan
homogen merupakan larutan yang sifat-sifatnya selalu seragam.berarti bahwa,bila
kita memeriksa sedikit bagian dari larutan natrium klorida dalam air,sifat-sifatnya
akan sama dengan bagian lain dari larutan tersebut.dapat juga dikatakan bahwa
larutan terdiri dari suatu frasa yang berarti sistem yang memiliki suatu sifat
dan komposisi yang sama.
· Larutan
heterogen merupakan larutan yang sifat-sifatnya tak seragam.contohnya adalah
minyak dan air.campuran homogen adalah campuran dua zat atau lebih dimana
semuah zat memiliki susunan yang seragam. (Brady E James,1999)
hukum dasar kimia
terbagi menjadi menjadi 5 bagian,yaitu;
· Hukum
kekekalan massa atau hukum lavoiser
menyatakan bahwa massa zat sebelum dan
sesudah reaksi sama.
· Hukum
perbandingan tetap atau hukum proust
menyatakan bahwa perbandingan massa unsur
dalam tiap senyawa tetap.
· Hukum
perbandingan berganda atau hukum dalton
menyatakan bahwa bila dua unsur membentuk dua
senyawa atau lebih maka suatu untuk massa salah satu unsur yang sama
banyaknya,massa unsur kedua berbanding sebagai bilangan bulat dan sederhana.
· Hukum
perbandingan volume atau hukum
gay-lussac
menyatakan bahwa volume gas-gas yang bereaksi
dan volume gas hsail reaksi bila diukur pada suhu dan tekanan yang sama
berbanding sebagai bilangan bulat dan sederhana
· Hukum
avogadro
menyatakan bahwa pada suhu dan tekanan yang
sama semuah gas yang volumenya sama mengandung sejumlah molekul yang sama
banyak (Respati, 1981 : 40).
Hukum dasar kimia
merupakan ilmu kimia yang mempelajari tentang oeristiwa kimia yang ditandai
dengan berubahnya satu zat menjadi zat yang lain,contohnya pembakaran etanol
setelh diselidiki etanol dan oksigen berubah menjadi karbondioksida dan uap
air.perubahan itu dapat ditulis sebagai
Etanol+ oksigen
Karbondioksida + air
Zat
mula-mula disebut pereaksi dan zat yang terbentuk disebut hasil reaksi
diatas,etanol dan oksigen adalah pereaksi,sedangkan kerbondioksida dan air
sebagai hasil reaksi.
Keterangan
diatas belumlah cukup,karena tidak menggambarkan hubungan antara jumlah
pereaksi hasil reaksi (yayan,2010:150-244).
BAB III
METODE PERCOBAAN
1. Tempat
dan Waktu
Tempat : Laboratorium Kimia B Fakultas MIPA UNG
Waktu : Pukul 13.00 s/d selesai
2. Alat
dan Bahan
· Tabel
untuk alat
No
|
Nama Alat
|
Kategori
|
Gambar
|
Fungsi
|
1.
|
Gelas
kimia (gelas piala)
|
1
|
Sebagai
wadah untuk melarutkan suatu zat bahan kimia, untuk menampung zat kimia yang
bersifat korosif dan sebagai wadah untuk mencampur dan memasukan cairan.
|
|
2.
|
Gelas
ukur
|
1
|
|
Untuk
mengukur volume segala benda, cair pada berbagai ukuran volume. selain itu
juga dapat digunakan untuk merendam
pipet dalam asam pencuci.
|
3.
|
Termometer
|
1
|
|
Untuk
mengukur suhu(temperatur).
|
4.
|
Pipet
tetes
|
1
|
|
Untuk
meneteskan larutan dengan jumlah kecil
|
5.
|
Neraca
analitik
|
2
|
|
Untuk mengukur berat dari suatu zat.
|
· Tabel
untuk bahan
No
|
Nama Bahan
|
Kategori
|
Sifat fisik
|
Sifat kimia
|
1.
|
CuSO4
|
khusus
|
-
Bentuk: kristal
-
Bau: berbau
-
Ph: tidak tersedia
-
Tekanan uap :7,3 mmgh 25oc
-
Kepadatan uap: tidak tersedia
-
Tingkat penguapan: diabaikan
-
Vikositas: tidak tersedia
-
Titik didih: 150oc
-
Pembekuan: 110oc
-
Titik nyata: tidak dipakai
-
Kelarutan : larut
-
Spesifik gravity: 2,2840 g/cm3
-
Molekul: 249,68.
|
-
Rumus molekul: cuSO4
-
Massa molar: 159,62 g/mol
(anhidrat)
-
Penampilan: biru (pentahidrat)
abu-abu putih
-
Densitas:3,60 gr/cm3 (anhidrat)
2,240 gr/cm3 (pentahidrat)
-
Titik lebur: 110oc (4H2O)
150oC(423 K) (5H2O) < 650oC
|
2.
|
NaOH
|
khusus
|
-
Keadaan fisik dan penampilan:
solid
-
Bau: berbau
-
Molekul berat: 40gr/mol
-
Warna: putih
-
Ph (1%) [dasar] 13,5
-
Titik didih: 1388oc
(235o40of)
-
Titik leleh: 323oc
(613,4of)
-
Kelarutan: mudah larut dalamair
|
-
Rumus molekul:NaOH
-
Massa molar:39,9971 gr/mol
-
Penampilan zat: padat putih
-
Densitas :318 gr/cm3 padat
-
Titik lebur: 318oC
(591 K)
-
Titik didih: 1390oC
(1163 K)
-
Kelaruran dalam air: 1119/100 (20o)
|
3.
|
HCl
|
khusus
|
-
Massa atom: 36,45
-
Massa jenis: 3,21 gr/cm3
-
Titik leleh: -1010oc
-
Energi ionisasi: 1250 kg/groc
-
Berbau: tajam
-
Pada suhu kamar, HCl berbentuk
gas tak berwarna
|
-
Rumus molekul: HCl didalam air
-
Massa molar: 36,40 g/mol (HCl)
-
Penampilan: cairan tak berwarna
sampai dengan kuning pucat
-
Densitas: 1,18 gr/cm3 (karibel
1)
-
Titik lebur: -27,32oc
(247 k) larutan 38%
-
Titik didih: 110oc
(383 k)
-
Larutan: 20,3% 40oc
(321 k) larutan 38%
-
Kelarutan dalam air: tercampur
penuh
-
Kesamaan (pk2): -8,0
-
Viskositasi: 1,9 mpa 5 pada 25oc
larutan 31,5%
|
3. Prosedur
kerja
Stoikiometri
NaOH – CuSO4
a. Pengkuran
suhu dan berat
Ø Percobaan
I
Ø Percobaan
II
Ø Percobaan
III
Ø Percobaan
IV
Stoikiometri
Asam – Basa (NaOH – HCl)
b. Pengukuran
suhu dan berat
Ø Percobaan
I
|
||||
|
Ø Percobaan
II
|
BAB IV
PEMBAHASAN
HASIL
PENGAMATAN
Stoikiometri sistem NaOH dan CuSO4
a.
Pengukuran suhu
NaOH – CuSO4
ml ml
|
TA
|
TM
|
∆T
|
|
NaOH
|
CuSO4
|
|||
20 5
|
39oc
|
34oc
|
34oc
|
2,25oc
|
15 10
|
38oc
|
35oc
|
34oc
|
1,5oc
|
10 15
|
36oc
|
39oc
|
34oc
|
2,5oc
|
5 20
|
33oc
|
39oc
|
33oc
|
2,25oc
|
b.
Pengukuran berat
NaOH – CuSO4
ml ml
|
Berat awal
|
Berat campuran
|
|
NaOH
|
CuSO4
|
||
20 5
|
19,9827
g
|
5,0119 g
|
24,2901 g
|
15 10
|
14,1797 g
|
8,8448 g
|
22,7666 g
|
10 15
|
8,7403 g
|
14,5722 g
|
33,5329 g
|
5 20
|
4,0898 g
|
19,3452 g
|
24,0109 g
|
Stoikiometri Asam – Basa (NaOH – HCl)
a.
Pengukuran suhu
NaOH – HCl
ml ml
|
TA
|
TM
|
∆T
|
|
NaOH
|
HCl
|
|||
2,5 12,5
|
32oc
|
33oc
|
33oc
|
2oc
|
12,5 2,5
|
34oc
|
33oc
|
32oc
|
2oc
|
b.
Pengukuran berat
NaOH – HCl
ml ml
|
Berat awal
|
Berat campuran
|
|
NaOH
|
HCl
|
||
2,5 12,5
|
2,4378 g
|
11,5553 g
|
13,4975 g
|
12,5 2,5
|
10,0468 g
|
2,8312 g
|
12,4524 g
|
Ø Stoikiometri
sistem CuSO4 dan NaOH
1. Menghitung
jumlah mmol campuran larutan CuSO4 dan NaOH
a. 20
ml NaOH dan 5 ml CuSO4
-
Untuk 20 ml NaOH
Mmol NaOH = V . M
= 20 ml . 2 mol
= 40 mmol
-
Untuk 5 ml CuSO4
Mmol CuSO4 = V . M
= 5 ml . 1 mol
= 5 mmol
-
Jumlah mol yang bereaksi
NaOH +
CuSO4 NaSO4
+ CuOH
Mula-mula : 40 5 - -
Bereaksi :
5 5 5 5
Setimbang :
35 0 5 5
b. 15
ml NaOH dan 10 ml CuSO4
-
Untuk 15 ml NaOH
Mmol NaOH = V . M
= 15 ml . 2 mol
= 30 Mmol
-
Untuk 10 ml CuSO4
Mmol CuSO4 = V . M
= 10 ml . 1 mol
= 10 Mmol
-
Jumlah Mmol yang bereaksi
NaOH +
CuSO4 NaSO4 +
CuOH
Mula-mula :
30 10 - -
Bereaksi :
10 10 10 10
Setimbang :
20 0 10 10
c. 10
ml NaOH dan 15 ml CuSO4
-
Untuk 10 ml NaOH
Mmol NaOH = V . M
= 10 ml . 2 mol
= 20 Mmol
-
Untuk 15 ml CuSO4
Mmol CuSO4 = V . M
= 15 ml . 1 mol/M
= 15 Mmol
-
Jumlah Mmol yang bereaksi
NaOH +
CuSO4 NaSO4 + CuOH
Mula-mula :
20 15 - -
Bereaksi :
15 15 15 15
Setimbang :
5 0 15 15
d. 5
ml NaOH dan 20 ml CuSO4
-
Untuk 5 ml NaOH
Mmol NaOH = V . M
= 5 ml . 2 mol
= 10 Mmol
-
Untuk 20 ml CuSO4
Mmol CuSO4 = V . M
= 20 ml . 1 mol
= 20 mmol
-
Jumlah Mmol yang bereaksi
NaOH +
CuSO4 NaSO4 + CuOH
Mula-mula :
10 20 - -
Bereaksi :
10 10 10 10
Setimbang :
0 10 10 10
e. Grafik
perbandingan jumlah Mmol campuran dengan suhu campuran (Takhir) TA (oc)
Interprestasi grafik :
Dari grafik di atas dapat disimpulkan bahwa
konsetrasi campuran dapat mempengaruhi suhu.
f. Perhitungan
massa larutan
-
Untuk 20 ml NaOH dan 5 ml CuSO4
Massa 20 ml NaOH = 19,9827 g
Massa 5 ml CuSO4 = 5,0119 g
Massa 20 ml NaOH + 5 ml CuSO4
= 19,9827 + 5,0119 = 24,9946 g
Massa campuran 20 ml NaOH + 5 CuSO4
= 24,2901
g
-
Untuk 15 ml NaOH dan 10 ml CuSO4
Massa 15 ml NaOH = 14,1797 g
Massa 10 ml CuSO4 =8,8448 g
Massa 15 ml NaOH + 10 ml CuSO4
= 14,1797
+ 8,8448
= 23,0245 g
Massa campuran 15 ml NaOH + 10 CuSO4
= 22,7666 g
-
Untuk 10 ml NaOH dan 15 ml CuSO4
Massa 10 ml NaOH = 8,7403 g
Massa 15 ml CuSO4 = 14,5722 g
Massa 10 ml NaOH + 15 ml CuSO4
= 8,7403
+ 14,5722
= 23,3125 g
Massa campuran 10 ml NaOH + 15 CuSO4
= 33,5329
g
-
Untuk 5 ml NaOH dan 20 ml CuSO4
Massa 5 ml NaOH = 4,0898g
Massa 20 ml CuSO4 = 14,3452 g
Massa 5 ml NaOH + 20 ml CuSO4
= 4,0898
+ 19,3452
= 23,435 g
Massa campuran 5 ml NaOH + 20 CuSO4
= 24,0109 g
Ø Stoikiometri
Asam-Basa NaOH dan HCl
1.
Menghitung jumlah mmol campuran larutan
NaOH dan HCl
a. 2,5
ml NaOH dan 12,5 ml HCl
-
Untuk 2,5 ml NaOH
Mmol NaOH = V . M
= 2,5 ml . 2 mol
= 5 Mmol
-
Untuk 12,5 ml HCl
Mmol HCl = V . M
= 12,5 ml . 1 mol
= 12,5 mmol
-
Jumlah mol yang bereaksi
NaOH +
HCl NaCl + H2O
Mula-mula : 5
12,5 - -
Bereaksi :
5 5 5 5
Setimbang :
0 7,5 5 5
b. 12,5
ml NaOH dan 2,5 ml HCl
-
Untuk 12,5 ml NaOH
Mmol NaOH = V . M
= 12,5 ml . 2 mol
= 25 Mmol
-
Untuk 2,5 ml HCl
Mmol HCl = V . M
= 2,5 ml . 1 mol
= 2,5 mmol
-
Jumlah mol yang bereaksi
NaOH +
HCl NaCl + H2O
Mula-mula : 25
2,5 - -
Bereaksi :
2,5 2,5 2,5 2,5
Setimbang :
22,5 0 2,5 2,5
2.
Grafik perbandingan jumlah mmol campuran
dengan suhu campuran (TAkhir) (oc)
Interprestasi
grafik:
Dari grafik di atas dapat
disimpulkan bahwa konsetrasi campuran dapat mempengaruhi suhu.
3.
Perhitungan massa larutan
-
Untuk 2,5 ml NaOH dan 12,5 ml HCl
Massa 2,5 ml NaOH = 2,4378 g
Massa 12,5 ml HCl = 11,5553 g
Massa 2,5 ml NaOH + 12,5 ml HCl = 2,4378 + 11,5553 = 13,9931 g
Massa campuran 2,5 ml NaOH + 12,5 HCl =13,4975 g
-
Untuk 12,5 ml NaOH dan 2,5 ml HCl
Massa 12,5 ml NaOH = 10,0468 g
Massa 2,5 ml HCl = 2,8312 g
Massa 12,5 ml NaOH + 2,5 ml HCl = 10,0468 + 2,8312 = 12,878 g
Massa campuran 12,5 ml NaOH + 2,5
HCl = 12,4524
g
Stoikiometri adalah perhitungan kimia yang menyangkut hubungan kuantitatif
zat yang terlibat dalam reaksi. Reaksi stoikiometri adalah suatu reaksi
kimia dimana pereaksi dalam reaksi tersebut habis bereaksi, sehingga tidak ada
mol sisa dalam pereaksi atau tidak ada pereaksi pembatas. Dalam suatu reaksi
juga terdapat reaksi eksoterm dan endoterm. Reaksi eksoterm apabila kalor
berpindah dari system ke lingkungan sehingga suhu disekitar larutan menjadi
panas sedangkan reaksi endoterm adalah apabila kalor berpindah dari lingkungan
ke sisitem, sehingga suhu system menjadi lebih dingin.
Apabila suatu larutan berbeda dicampurkan biasanya terjadi perubahan sifat
fisik, seperti perubahan warna, suhu, bentuk, dan lain – lain. Dalam parktikum
ini yang dibahas adalah perubahan suhu. Suhu terendah dari suatu campuran
disebut titik minimum sedangkan suhu tertinggi dari suatu campuran disebut
titik maksimum. Biasanya titik maksimum didapat apabila reaksi tersebut adalah
stoikiometri.
Dalam suatu reaksi tidak semua reaktan habis. Terkadang dijumpai salah satu
reaktan habis bereaksi dahulu sehingga membatasi berlanjutnya reaksi,
pereaksi ini disebut pereaksi pembatas. Dari adanya pereaksi pembatas maka
terdapat reaksi yang belum bereaksi karena pereaksi yang lain sudah habis
dahulu, pereaksi yang bersisa ini disebut pereaksi sisa.
Pada percobaan pertama mengenai
stoikiometri sistem antara NaOH dan CuSO4 dalam mengukur suhu
dilakukan empat perlakuan yang berbeda. Perlakuan pertama
yaitu dengan mencampurkan 20 ml NaOH 2 M
dan 5 ml CuSO4 1 M dengan pengukuran thermometer didapatkan suhu
NaOH adalah 39oc , suhu CuSO4 adalah 34oc dan suhu campuran adalah 34oc . Reaksi ini termasuk reaksi non
stoikiometri karena CuSO4 telah habis bereaksi duluan dan NaOH masih
barsisa. Atau CuSO4 merupakan pereaksi pembatas dan NaOH merupakan
pereaksi sisa. Perlakuan keduan yaitu dengan mencampurkan 15 ml NaOH 2 M dan 10
ml CuSO4 1 M dngan pengukuran termometer didapatkan suhu NaOH 38oc, suhu CuSO4
39oc dan suhu campuran adalah 34oc. Reaksi ini termasuk
non stoikiometri karena hasil kedua reaksinya memiliki pereaksi sisa . Perlakuan ketiga
yaitu dengan memcampurkan larutan 10 ml NaOH 2 M dan 15 ml CuSO4 1
M dengan pengukuran termometer
didapatkan suhu NaOH yaitu 36oc, CuSO4 yaitu 39oc dan suhu campuran 34oc.reaksi ini termasuk
non stoikiometri karena hasil kedua reaksinya memiliki pereaksi sisa. Perlakuan keempat
dengan mencampurkan 5 ml NaOH 2 M dan 20 ml CuSO4 1 M dengan
pengukuran termometer didapatkan suhu NaOH 33oc, CuSO4
adalah 39oc dan suhu campuran 33oc. Reaksi ini termasuk
non stoikiometri karena hasil kedua reaksinya memiliki pereaksi sisa.
Pada percobaan kedua mengenai
stoikiometri sistem dalam mengukur berat dilakukan empat perlakuan yang
berbeda. Perlakuan pertama yaitu dengan mencampurkan 20ml NaOH 2 M dan 5 ml
CuSO4 1 M dengan pengukuran
neraca analitik sehingga didapatkan berat NaOH adalah 19,9827 g, CuSo4
adalah 5,0119 g dan berat campuran adalah 24,2901 g. Reaksi ini termasuk dalam stoikiometri karena
mengenai hukum kekekalan massa yang berbunyi “massa zat sebelum dan sesudah
reaksi itu sama” maka dapat di lihat bahwa massa dari NaOH 2 M dan CuSO4
1 M memiliki massa awal dari masing-masing yang jika di jumlahkan akan
menghasilkan sama dengan massa campuran. Perlakuan kedua yaitu dengan
mencampurkan 15 ml NaOH 2 M dan 10 ml CuSO4 1 M dengan pengukuran
neraca analitik sehingga didapatkan berat NaOH adalah 14,1797 g , CuSO4
adalah 8,8448 g dan berat campuran adalah 22,7666 g. Reaksi ini termasuk dalam stoikiometri karena mengenai hukum kekekalan
massa yang berbunyi “massa zat sebelum dan sesudah reaksi itu sama” maka dapat
di lihat bahwa massa dari NaOH 2 M dan CuSO4 1 M memiliki massa awal dari
masing-masing larutan yang jika dijumlahkan akan menghasilkan sama dengan massa
campuran. Perlakuan ketiga yaitu dengan mencampurkan 10 ml NaOH 2 M dan 15 ml
CuSO4 1 M dengan pengukuran neraca analitik sehingga didapatkan
berat NaOH adalah 8,7403 g , CuSO4 adalah 14,5722 g dan berat campuran adalah 33,5329 g. Reaksi ini
termasuk dalam stoikiometri karena mengenai hukum kekekalan massa yang berbunyi
“massa zat sebelum dan sesudah reaksi itu sama” maka dapat di lihat bahwa massa
dari NaOH 2 M dan CuSO4 1 M
memiliki massa awal dari masing-masing larutan yang jika dijumlahkan akan
menghasilkan sama dengan massa campuran. Perlakuan keempat yaitu dengan
mencampurkan 5 ml NaOH 2 M dan 20 ml CuSO4 1 M dengan pengukuran
neraca analitik sehingga didapatkan berat NaOH adalah 4,0898 g , CuSO4 adalah 19,3452 g dan berat campuran
adalah 24,0109 g. Reaksi ini termasuk dalam stoikiometri karena mengenai hukum kekekalan
massa yang berbunyi “massa zat sebelum dan sesudah reaksi itu sama” maka dapat
di lihat bahwa massa dari NaOH 2 M dan CuSO4 1 M memiliki massa awal dari
masing-masing larutan yang jika dijumlahkan akan menghasilkan sama dengan massa
campuran.
Pada percobaan ketiga mengenai
stoikiometri Asam – Basa antara NaOH dan HCl dalam mengukur suhu dilakukan dua
perlakuan yang berbeda. Perlakuan pertama yaitu dengan mencampurkan 2,5 ml NaOH
2 M dan 12,5 ml HCl 1 M dengan pengukuran thermometer didapatkan suhu NaOH
adalah 32oc , suhu HCl adalah 33oc dan suhu campuran adalah 33oc . Reaksi ini termasuk reaksi non
stoikiometri karena HCl telah habis bereaksi duluan dan NaOH masih barsisa.
Atau HCl merupakan pereaksi pembatas dan NaOH merupakan pereaksi sisa.
Perlakuan keduan yaitu dengan mencampurkan 12,5 ml NaOH 2 M dan 2,5 ml HCl
1 M dengan pengukuran termometer didapatkan suhu NaOH 34oc, suhu HCl 33oc dan suhu campuran
adalah 33oc. Reaksi ini termasuk non stoikiometri karena HCl telah habis bereaksi sedangkan NaOH masih
bersisa atau HCl merupakan pereaksi pembatas dan NaOH merupakan pereaksi sisa.
Pada percobaan keempat mengenai
stoikiometri Asam – Basa dalam mengukur berat dilakukan dua perlakuan yang
berbeda. Perlakuan pertama yaitu dengan mencampurkan 2,5 ml NaOH 2 M dan 12,5
ml HCl 1 M dengan pengukuran
neraca analitik sehingga didapatkan berat NaOH adalah 2,4378 g, HCl adalah 11,5553 g dan berat campuran
adalah 13,4975 g. Reaksi ini termasuk dalam stoikiometri karena mengenai hukum kekekalan
massa yang berbunyi “massa zat sebelum dan sesudah reaksi itu sama” maka dapat
di lihat bahwa massa dari NaOH 2 M dan HCl 1 M memiliki massa awal dari masing
– masing yang jika di jumlahkan akan menghasilkan sama dengan massa campuran.
Perlakuan kedua yaitu dengan mencampurkan 12,5 ml NaOH 2 M dan 2,5 ml HCl 1
M dengan pengukuran neraca analitik
sehingga didapatkan berat NaOH adalah 10,0468 g, HCl adalah 2,8312 g dan berat campuran adalah 12,4524 g. Reaksi ini
termasuk dalam stoikiometri karena mengenai hukum kekekalan massa yang berbunyi
“massa zat sebelum dan sesudah reaksi itu sama” maka dapat di lihat bahwa massa
dari NaOH 2 M dan HCl 1 M memiliki massa awal dari masing – masing yang jika di
jumlahkan akan menghasilkan sama dengan massa campuran.
BAB V
PENUTUP
Kesimpulan
·
Massa awal larutan NaOH dan CuSO4
sama dengan massa campuran karena sesuai dengan sistem stoikiometri hukum
kekekalan massa yang berbunyi “massa zat sebelum dan sesudah reaksi itu sama”
yang dibuktikan dengan perbocabaan pengukuran berat yang masing-masing berat
larutan jika dijumlahkan sama dengan berat larutan campuran, begitu pula yang
terjadi pada larutan NaOH dan HCl.
·
Pada volume tetap meskipun perbadingan
volume larutan bervariasi tetap akan menghasilkan pengukuran suhu yang sama
atau tidak beda jauh begitu pula dengan berat campuran larutan.
Saran
·
Sebaiknya bahan dan alat yang diujikan
ditambah agar praktikan dapat mengetahui perbandin gan laju reaksi dari larutan
lainnya.
Daftar pustaka
Chang, Ir. (2004), kimia dasar .
jakarta: Erlangga
Brady, E. James. (1094), Kimia
universitas asas dan struktur, binapura aksara : jakarta
S,syukri.(1999). Kimia dasar
1.jakarta:erlangga
Respati, Ir.(1981) ilmu kimia.
Yogjakarta: UGM
Sunarya, yayan. (2010). Kimmia dasar 1.
Bandung: ITB
Tidak ada komentar:
Posting Komentar